Reksadana adalah instrumen investasi yang
mengumpulkan uang dari banyak investor, dijadikan satu, diinvestasikan kembali
dalam bentuk kepemilikan saham, obligasi serta instrumen keuangan jangka pendek
lainnya.
Reksadana dikelola oleh manajer investasi
yang mengambil keputusan keuangan seperti mengambil keuntungan, menutup posisi
portfolio, memperkecil kerugian, diversifikasi portfolio.
Nilai dari kepemilikan dalam reksadana
dikenal dengan nilai aktiva bersih (NAB), dihitung per hari berdasarkan total
nilai dana yang terkumpul, dibagi dengan jumlah kepemilikian (saham) yang telah
beredar.
Kelebihan reksadana
- Dapat dibeli dalam bagian yang kecil
Tidak seperti saham yang harus dibeli dalam
jumlah minimum tertentu, reksadana bisa dimiliki para investor, khususnya
investor yang modalnya tidak besar. Mungkin nilai 1-2 juta tidak cukup untuk
membeli saham, disamping komisi yang harus dibayar cukup besar.
Anda bisa membeli reksadana saat ini mulai
dari Rp.100-200rb
- Likuid
Reksadana adalah salah satu instrumen
investasi yang paling likuid saat ini, bisa dicairkan kapan saja, mengikuti NAB
(Nilai Aktiva Bersih) yang berlaku. Hanya perlu diingat, pencairan hanya bisa
dilakukan setelah NAB diputuskan. Likuiditas reksadana juga ditunjang oleh manajer
investasi yang telah berpengalaman. Jadi serahkanlah investasi anda pada orang
yang telah ahli, jangan coba-coba meracik portfolio investasi anda sendiri
tanpa pengetahuan dan pengalaman yang memadai.
- Pembelian skala besar
Contoh sederhananya, membeli secara grosir
(dalam jumlah banyak) harganya jauh lebih murah dibandingkan jika membeli
secara eceran. Produk reksadana memiliki keuntungan
disini, karena pembelian oleh manajer investasi dalam jumlah besar mengurangi
biaya transaksi yang tentunya menguntungkan bagi investor
- Diversifikasi
Manajemen resiko yang baik adalah
menggabungkan beberapa beberapa jenis instrumen investasi dalam satu portfolio.
Contohnya, jika investor membeli instrumen
investasi sektor perbankan dan sektor telekomunikasi, maka ia sudah memperkecil
resiko investasi karena line businessnya berbeda. Seandainya ada satu instrumen
yang mengalami kerugian, kondisinya tidak begitu fatal dibandingkan jika hanya
punya satu instrumen investasi.
Kelemahan Reksadana
- Return (keuntungan) fluktuatif, dalam arti tidak dijamin.
Reksadana seperti halnya produk investasi
lainnya, tidak mempunyai jaminan, berapa return yang akan diperoleh. Selalu ada
kemungkinan, nilainya terdepresiasi (turun). Tidak seperti produk fix-income
pada umumnya seperti obligasi atau SUN, reksadana mengalami fluktuasi harga
mengikuti trend harga saham yang membuat harganya ikut naik.
Ketika memutuskan untuk menginvestasikan
uang anda, selalu biasakan untuk "meneliti terlebih dahulu sebelum
membeli", jangan hanya karena melihat manajer investasi (MI) sedang
mengelola porsi dana dalam jumlah yang besar saat ini, bukan berarti kinerja
kedepannya pasti bagus.
Yang perlu diperhatikan juga, reksadana
tidak dijamin oleh pemerintah dan tidak ada jaminan beli kembali dari perusahaan
sekuritas yang mengelolanya. Jadi, seandainya terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan seperti krisis ekonomi, perusahaan bangkrut, maka anda tidak akan
mendapatkan apa pun.
Masih ingat krisis ekonomi mini di
Indonesia tahun 2005, saat itu BBM mengalami kenaikan. Bagaimana dengan nasib
reksadana?
Mengalami kerugian karena redemption
besar-besaran, NAB turun lumayan banyak. Banyak investor yang panik dan rugi.
Problem ini perlu menjadi perhatian bagi
anda yang berinvestasi di pasar uang. Jika deposito yang masih dijamin
pemerintah sampai nilai Rp. 100 juta, jaminan tidak berlaku pada reksadana.
- Diversifikasi
Meskipun diversifikasi menjadi salah satu
kunci keberhasilan dalam berinvestasi, banyak investor reksadana yang
overdiversifikasi. Konsep dasar dari diversifikasi adalah mengurangi resiko
dengan cara membagi-bagi porsi investasi dalam beberapa bagian yang berbeda,
jauh lebih aman jika hanya menempatkan semua uang dalam satu jenis instrumen
investasi.
Contohnya berinvestasi pada beberapa
perusahaan, industri atau pun sektor usaha yang berbeda.
Banyak investor setuju, meskipun dengan
cara diversifikasi tidak ada jaminan terhadap kerugian, tetapi itu salah satu
strategi yang efektif untuk dijalankan. Yang berbahaya adalah
overdiversifikasi, dimana investor menempatkan uang pada banyak instrumen
investasi yang saling mempengaruhi.
Contoh overdiversifikasi :
Memisahkan portfolio dalam bagian yang
begitu banyak, katakanlah ke beberapa sektor perbankan yang line businessnya
sejenis.
Pada kondisi tertentu, saat membeli
reksadana, tidak berarti portfolio anda sudah terdiversifikasi otomatis.
Kuncinya, selalu perhatikan diversifikasi portfolio yang dilakukan manajer
investasi kemana saja.
- Dana nganggur vs Likuiditas
Cara kerja reksadana adalah mengumpulkan
dana dalam jumlah besar dari investor yang jumlahnya banyak juga. Jadi setiap hari selalu ada investor yang
berinvestasi maupun yang melakukan penebusan, jumlahnya lebih kurang sama
besar.
Untuk mempertahankan likuiditas dan
kemampuan untuk melayani penebusan/penarikan dana dari para investor,
perusahaan sekuritas umumnya harus selalu menyiapkan uang tunai dalam jumlah
yang cukup besar. Mempunyai likuiditas yang baik adalah keharusan tetapi uang
nganggur yang terlalu banyak dan tidak diinvestasikan (untuk mempertahankan
likuiditas), bukanlah satu keuntungan.
- Biaya
Reksadana selalu didukung oleh manajer
investasi dalam melayani investor. Bagaimana pun, selalu ada biaya yang harus
dibayar. Pada reksadana, biaya dikategorikan dalam 2 jenis yaitu biaya pemegang
saham (shareholder fee), dalam hal ini investor dan biaya pengelolaan tahunan
(annual fee)
Biaya pemegang saham (shareholder fee)
selalu dibebankan kepada investor, baik pada saat diinvetasikan (masuk) maupun
saat penebusan (keluar).
Biaya pengelolaan tahunan (annual fee),
dibebankan secara tahunan kepada investor, berkisar antara 1%-5%, tergantung
dari kebijakan masing-masing perusahaan. Biaya-biaya ini dibebankan kepada para
investor tanpa memperhatikan bagaimana performance dari produk reksadana tersebut.
Bisa dibayangkan jika selama
bertahun-tahun, portfolio reksadana mengalami kerugian (penurunan nilai),
biaya-biaya tersebut hanya akan menambah kerugian investor.
- Prospektus-prospektus yang menyesatkan
Prospektus yang menyesatkan dapat
menyebabkan investor berinvestasi pada tempat yang salah. Di pasaran terdapat beberapa prospektus
yang diberi nama misalnya aggressice funds, stable funds, protective funds dll
(ini hanya contoh nama).
Contoh :
protective funds, sebagian besar justru
ditempatkan dalam instrumen saham, porsi yang lebih kecil ditempatkan dalam
instrumen yang lebih stabil seperti fix-income dsb tergantung pada keputusan
manajer investasi. Namanya mencerminkan protective funds,
harusnya instrumen yang lebih besar adalah instrumen yang lebih stabil bukan
yang lebih fluktuatif. Selalu teliti kembali, bagaimana komposisi
portfolio dari manajer investasi.
- Peluang untuk menganalisa peluang reksadana
Tidak seperti saham murni, pada produk
reksadana, investor tidak bisa menganalisa bagaimana pertumbuhan perusahaan,
pendapatan per saham, neraca laba-rugi perusahaan yang akan dibeli dll.
NAB (nilai Aktiva Bersih) hanya memberikan
gambaran dari nilai total dari portfolio dikurangi kewajiban, jadi investor
tidak bisa membedakan mana reksadana yang bagus dan mana yang tidak. Lebih dalam lagi, iklan, ranking, rating
yang dikeluarkan oleh perusahaan sekuritas hanya menjelaskan kinerja masa lalu.
Tentunya anda sering melihat kalimat
"kinerja masa lalu tidak mengindikasikan kinerja di masa depan"
ditulis dalam kalimat berukuran kecil. Bijaksanalah untuk tidak selalu
berinvestasi pada instrumen investasi hanya karena kinerja masa lalunya bagus,
pemenang di masa lalu mungkin menjadi pecundang hari ini.
0 komentar:
Posting Komentar