Kata Alqur’an itu berbentuk masdar dengan arti isim
maf’ul yaitu maqru` (dibaca).
Adapun definisi Alqur’an adalah: “Kalam Allah swt. yang merupakan mu’jizat yang
diturunkan (diwahyukan) kepada nabi Muhammad saw. dan ditulis di mushaf dan
diriwayatkan dengan mutawatir serta membacanya adalah ibadah.”
Banyak ayat Al Qur’an yang mengisyaratkan tentang
pengobatan karena AlQur’an itu sendiri diturunkan sebagai penawar dan Rahmat
bagi orang-orang yang mukmin.
“Dan kami menurunkan Al Qur’an sebagai penawar dan Rahmat
untuk orang-orang yang mukmin.” (QS. Al Isra/17: 82)
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi
tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah
hati menjadi tentram.” (QS. Ar Ra’d/13: 28)
Menurut para ahli tafsir bahwa nama lain dari Al Qur’an
yaitu “Asysyifâ” yang artinya secara Terminologi adalah Obat Penyembuh.
“Hai manusia, telah datang kepadamu kitab yang berisi
pelajaran dari Tuhanmu dan sebagai obat penyembuh jiwa, sebagai petunjuk dan
rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Yunus/10: 57)
Di samping Al Qur’an mengisyaratkan tentang pengobatan
juga menceritakan tentang keindahan alam semesta yang dapat kita jadikan
sebagai sumber dari pembuat obat- obatan.
“Dia menumbuhkan tanaman-tanaman untukmu, seperti zaitun,
korma, anggur dan buah-buahan lain selengkapnya, sesungguhnya pada hal-hal yang
demikian terdapat tanda-tanda Kekuasaan Allah bagi orang-orang yang mau
memikirkan”. (QS. An-Nahl 16:11)
“Dan makanlah oleh kamu bermacam-macam sari buah-buahan,
serta tempuhlah jalan-jalan yang telah digariskan tuhanmu dengan lancar. Dari
perut lebah itu keluar minuman madu yang bermacam-macam jenisnya dijadikan
sebagai obat untuk manusia. Di alamnya terdapat tanda-tanda Kekuasaan Allah
bagi orang-orang yang mau memikirkan”. (QS. An-Nahl 16: 69)
Berdasarkan keterangan tadi, dapat dipastikan bahwa orang
yang membaca Alqur’an akan merasakan ketenangan jiwa. Banyak pula hadits Nabi yang menerangkan tentang keutamaan
membacanya dan menghafalnya atau bahkan mempelajarinya.
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari
Alqur’an dan mengajarkannya.” (HR Bukhori)
“Siapa saja yang disibukkan oleh Alqur’an dalam rangka
berdzikir kepada-Ku, dan memohon kepada-Ku, niscaya Aku akan berikan sesuatu
yang lebih utama daripada apa yang telah Aku berikan kepada orang-orang yang
telah meminta. Dan keutamaannya Kalam Allah daripada seluruh kalam selain-Nya,
seperti keutamaan Allah atas makhluk-Nya.” (HR. At Turmudzi)
“Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah
(masjid) Allah, mereka membaca Alqur’an dan mempelajarinya, kecuali turun
kepada mereka ketentraman, mereka diliputi dengan rahmat, malaikat menaungi
mereka dan Allah menyebut-nyebut mereka pada makhluk yang ada di sisi-Nya”. (HR. Muslim)
“Hendaklah kamu menggunakan kedua obat-obat: madu dan
Alqur’an” (HR. Ibnu Majah dan Ibnu Mas’ud)
Walaupun tidak dibarengi dengan data ilmiah, Syaikh
Ibrahim bin Ismail dalam karyanya Ta’lim al Muta’alim halaman 41, sebuah kitab
yang mengupas tata krama mencari ilmu berkata,
“Terdapat beberapa hal yang dapat menyebabkan seseorang
kuat ingatan atau hafalannya. Di antaranya, menyedikitkan makan, membiasakan
melaksanakan ibadah salat malam, dan membaca Alquran sambil melihat kepada
mushaf”. Selanjutnya ia berkata, “Tak ada lagi bacaan yang dapat meningkatkan
terhadap daya ingat dan memberikan ketenangan kepada seseorang kecuali membaca
Alqur’an”.
Dr. Al Qadhi, melalui penelitiannya yang panjang dan serius
di Klinik Besar Florida Amerika Serikat, berhasil membuktikan hanya dengan
mendengarkan bacaan ayat-ayat Alquran, seorang Muslim, baik mereka yang
berbahasa Arab maupun bukan, dapat merasakan perubahan fisiologis yang sangat
besar.
Penurunan depresi, kesedihan, memperoleh ketenangan jiwa,
menangkal berbagai macam penyakit merupakan pengaruh umum yang dirasakan
orang-orang yang menjadi objek penelitiannya. Penemuan sang dokter ahli jiwa
ini tidak serampangan. Penelitiannya ditunjang dengan bantuan peralatan
elektronik terbaru untuk mendeteksi tekanan darah, detak jantung, ketahanan
otot, dan ketahanan kulit terhadap aliran listrik. Dari hasil uji cobanya ia
berkesimpulan, bacaan Alquran berpengaruh besar hingga 97% dalam melahirkan
ketenangan jiwa dan penyembuhan penyakit.
Penelitian Dr. Al Qadhi ini diperkuat pula oleh
penelitian lainnya yang dilakukan oleh dokter yang berbeda. Dalam laporan
sebuah penelitian yang disampaikan dalam Konferensi Kedokteran Islam Amerika
Utara pada tahun 1984, disebutkan, Alquran terbukti mampu mendatangkan
ketenangan sampai 97% bagi mereka yang men dengarkannya.
Kesimpulan hasil uji coba tersebut diperkuat lagi oleh
penelitian Muhammad Salim yang dipublikasikan Universitas Boston. Objek
penelitiannya terhadap 5 orang sukarelawan yang terdiri dari 3 pria dan 2
wanita. Kelima orang tersebut sama sekali tidak mengerti bahasa Arab dan mereka
pun tidak diberi tahu bahwa yang akan diperdengarkannya adalah Alqur’an.
Penelitian yang dilakukan sebanyak 210 kali ini terbagi
dua sesi, yakni membacakan Alquran dengan tartil dan membacakan bahasa Arab
yang bukan dari Alqur’an. Kesimpulannya, responden mendapatkan ketenangan
sampai 65% ketika mendengarkan bacaan Alquran dan mendapatkan ketenangan hanya
35% ketika mendengarkan bahasa Arab yang bukan dari Alqur’an.
Alquran memberikan pengaruh besar jika diperdengarkan
kepada bayi. Hal tersebut diungkapkan Dr. Nurhayati dari Malaysia dalam Seminar
Konseling dan Psikoterapi Islam di Malaysia pada tahun 1997. Menurut
penelitiannya, bayi yang berusia 48 jam yang kepadanya diperdengarkan ayat-ayat
Alquran dari tape recorder menunjukkan respons tersenyum dan menjadi lebih
tenang.
Sungguh suatu kebahagiaan dan merupakan kenikmatan yang
besar, kita memiliki Alquran. Selain menjadi ibadah dalam membacanya, bacaannya
memberikan pengaruh besar bagi kehidupan jasmani dan rohani kita. Jika
mendengarkan musik klasik dapat memengaruhi kecerdasan intelektual (IQ) dan
kecerdasan emosi (EQ) seseorang, bacaan Alquran lebih dari itu. Selain
memengaruhi IQ dan EQ, bacaan Alquran memengaruhi kecerdasan spiritual (SQ).
Maha benar Allah yang telah berfirman, “Dan apabila
dibacakan Alquran, simaklah dengan baik dan perhatikanlah dengan tenang agar
kamu mendapat rahmat” (Q.S. 7: 204).
Atau juga, “Dan Kami telah menurunkan dari Alquran, suatu
yang menjadi penawar (obat) dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan
Alquran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian” (Q.S.17:82).
Atau, “Ingatlah, hanya dengan berdzikir kepada Allah-lah
hati menjadi tentram” (Q.S. 13: 28).
Unsur Meditasi Al Qur’an
Kitab ini, tentu saja bukanlah sebuah buku sains ataupun
buku kedokteran, namun Alqur’an menyebut dirinya sebagai ‘penyembut penyakit’,
yang oleh kaum Muslim diartikan bahwa petunjuk yang dikandungnya akan membawa
manusia pada kesehatan spiritual, psikologis, dan fisik.
Kesembuhan menggunakan Alqur’an dapat dilakukan dengan
membaca, berdekatan dengannya, dan mendengarkannya. Membaca, mendengar,
memperhatikan dan berdekatan dengannya ialah bahwasanya Alqur’an itu dibaca di
sisi orang yang sedang menderita sakit sehingga akan turun rahmat kepada
mereka.
Allah saw menjelaskan,
“Dan apabila dibacakan Alqur’an, maka dengarkanlah
baik-baik dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.”
(QS. Al A’raf: 204)
Menurut hemat penulis, salah satu unsur yang dapat
dikatakan meditasi dalam Alquran adalah, pertama, auto sugesti, dan kedua,
adalah hukum- hukum bacaan yaitu waqaf.
Aspek Auto Sugesti
Alqur’an merupakan kitab suci umat Islam yang berisikan
firman-firman Allah. Banyak sekali nasihat-nasihat, berita-berita kabar gembira
bagi orang yang beriman dan beramal sholeh, dan berita-berita ancaman bagi
mereka yang tidak beriman dan atau tidak beramal sholeh.
Maka, alqur’an berisikan ucapan-ucapan yang baik, yang
dalam istilah Alqur’an sendiri, ahsan alhadits. Kata-kata yang penuh kebaikan
sering memberikan efek auto sugesti yang positif dan yang akan menimbulkan
ketenangan.
Platonov telah membuktikan dalam eksperimennya bahwa
kata-kata sebagai suatu Conditioned Stimulus (Premis dari Pavlov) memang
benar-benar menimbulkan perubahan sesuai dengan arti atau makna kata-kata
tersebut pada diri manusia. Pada eksperimen Plotonov, kata-kata yang digunakan
adalah tidur, tidur dan memang individu tersebut akhirnya tertidur.
Pikiran dan tubuh dapat berinteraksi dengan cara yang
amat beragam untuk menimbul kan kesehatan atau penyakit.
Zakiah Daradjat mengatakan bahwa sembahyang, do’a-do’a
dan permohonan ampun kepada Allah, semuanya merupakan cara-cara pelegaan batin
yang akan mengembalikan ketenangan dan ketentraman jiwa kepada orang-orang yang
melakukannya.
Aspek Waqof
Alqur’an adalah sebuah kitab suci yang mempunyai kode
etik dalam membacanya. Membaca Alqur’an tidak seperti membaca bacaan-bacaan
lainnya. Membaca Alqur’an harus tanpa nafas dalam pengertian sang pembaca harus
membaca dengan sekali nafas hingga kalimat-kalimat tertentu atau hingga
tanda-tanda tertentu yang dalam istilah ilmu tajwid dinamakan waqaf. Jika si
pembaca berhenti pada tempat yang tidak semestinya maka dia harus membaca ulang
kata atau kalimat sebelumnya.
Waqof artinya berhenti di suatu kata ketika membaca
Alqur’an, baik di akhir ayat maupun di tengah ayat dan disertai nafas. Mengikuti
tanda-tanda waqof yang ada dalam Alqur’an, kedudukannya tidak dihukumi wajib
syar’i bagi yang melanggarnya. Walaupun jika berhenti dengan sengaja pada
kalimat-kalimat tertentu yang dapat merusak arti dan makna yang dimaksud, maka
hukumnya haram.
Jadi cara membaca Alqur’an itu bisa disesuaikan dengan
tanda-tanda waqaf dalam Alqur’an atau disesuaikan dengan kemampuan si pembaca
dengan syarat bahwa bacaan yang dibacanya tidak berubah arti atau makna.
Waqaf dalam Alquran
- Tanda awal atau akhir ayat
- Tanda awal atau akhir surat
- Tanda-tanda
waqaf
Kemampuan nafas pembaca
Siapa saja bisa boleh membaca Alqur?an, baik anak kecil,
muda maupun tua, baik pria maupun wanita selagi mereka dalam keadaan suci atau
berwudlu. Jadi bagaimanapun kemampuan mereka bernafas mereka boleh membaca
Alqur’an. Berhenti berdasarkan kemampuan nafas pembaca, dalam ilmu tajwid, bisa
dikategorikan dalam bagian-bagian waqaf.
Adapula beberapa penekanan nafas dalam membaca Alqur’an.
Penekanan-penekanan tersebut dalam ilmu tajwid dinamakan mad.
Indonesia adalah negara yang mayoritas umat Islam
menerapkan hukum-hukum membaca Alqur’an menurut Rowi, Hafsh, yang telah berguru
kepada imam ‘Ashim. Adapun hukum-hukum bacaan mad dalam ilmu Tajwid menurut
Rowi Hafsh adalah:
- Mad Munfashil,yaitu apabila terdapat mad bertemu dengan hamzah dalam kalimat yang terpisah. Cara baca hukum ini 4 harakat.
- Mad Badal,yaitu apabila terdapat hamzah yang berharakat bertemu dengan huruf mad yang sukun. Cara membaca hukum ini adalah 2 harakat.
Waktu Meditasi dengan Alqur’an
Pada hakikatnya tidak ada waktu yang makruh untuk membaca/meditasi
Alqur’an, hanya saja memang ada beberapa dalil yang menerangkan bahwa ada
waktu-waktu yang lebih utama dari waktu-waktu yang lainnya untuk membaca
Alqur’an. Waktu-waktu tersebut adalah:
- Dalam sholat
An-Nawawi berkata;
‘Waktu-waktu pilihan yang paling utama untuk membaca
Alqur’an ialah dalam sholat.’
Al Baihaqi meriwayatkan dalam asy Syu’ab dari Ka’ab r.a.
ia berkata:
“Allah telah memilih negeri-negeri, maka negeri-negeri
yang lebih dicintai Allah ialah negeri al Haram (Mekkah). Allah telah memilih
zaman, maka zaman yang lebih dicintai Allah ialah bulan-bulan haram. Dan bulan
yang lebih dicintai Allah ialah bulan dzulhijjah. Hari-hari bulan Dzulhijjah
yang lebih dicintai Allah ialah sepuluh hari yang pertama. Allah telah memilih
hari-hari, maka hari yang lebih dicintai Allah ialah hari Jum?at. Malam-malam
yang lebih dicintai Allah ialah malam Qadar. Allah telah memilih waktu-waktu
malam dan siang, maka waktu yang lebih dicintai Allah ialah waktu-waktu sholat
yang lima waktu. Allah telah memilih kalam-kalam (perkataan), maka kalam yang
dicintai Allah adalah lafadz ‘La ilâha illallâh wallâhu akbar wa subhanallâhi
wal hamdulillâh.“
- Malam hari
Waktu-waktu yang paling utama untuk membaca Alqur’an
selain waktu sholat adalah waktu malam,
Allah menegaskan,
“Di antara Ahli Kitab itu ada golongan yang berlaku
lurus, mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang
mereka juga bersujud (sholat).”
(QS. Ali Imron 3:113)
Waktu malam ini pun dibagi menjadi 2:
- Antara waktu Maghrib dan Isya
- Bagian malam yang terakhir
- Setelah Subuh
Sebagai penutup mudah-mudahan ini merupakan langkah awal
untuk bisa lebih membuktikan unsur-unsur kesehatan dari Alqur’an, baik
makna-maknanya, cara membacanya maupun lainnya.
0 komentar:
Posting Komentar