Pengukuran
Kinerja Organisasi sektor Publik
Pengukuran
kinerja sector publik adalah merupakan suatu system yang bertujuan untuk
membantu manajer publik dalam menilai pencapaian suatu strategi melalui alat
ukur financial dan nonfinansial. Sistem pengukuran kinerja dapat dijadikan
sebagai alat pengendalian organisasi, karena pengukuran kinerja diperkuat
dengan menetapkan reward and punishment
system.
Pengukuran kinerja sector public dilakukan
untuk memenuhi tiga sasaran, antara lain :
1) sasaran
pengukuran kinerja sector publik ditujukan untuk membantu memperbaiki kinerja
pemerintah. Ukuran kinerja dimaksudkan untuk membantu pemerintah berfokus pada
tujuan dan sasaran program unit kerja.Hal ini pada akhirnya akan meningkatkan
efisiensi dan efektifitas organisasi sector publik dalam pemberian pelayanan
publik.
2) sasaran
ukuran kinerja sector publik ditujukan untuk pengalokasian sumber daya dan
penbuatan keputusan.
3) sasaran
ukuran kinerja sector public ditujukan untuk mewujudkan pertang-gungjawaban
publik dan memperbaiki komunikasi kelembagaan.
Oleh pihak legislatif, ukuran
kinerja digunakan untuk menentukan kelayakan biaya pelayanan (cost of service) yang dibebankan kepada
masyarakat pengguna jasa publik. Masyarakat tentu tidak mau terus menerus
ditarik pungutan sementara pelayanan yang mereka terima tidak ada peningkatan
kualitas dan kuantitasnya. Oleh karena itu, pemerintah berkewajiban untuk
meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelayanan publik. Masyarakat menghendaki
pemerintah dapat memberikan banyak pelayanan dengan biaya yang murah (do more with less).
Kinerja sector public bersifat multi
dimensional, sehingga tidak ada indicator tunggal yang dapat digunakkan untuk
menunjukkan kinerja secara komprehensif. Berbeda dengan sector swasta, karena
sifat output yang dihasilkan sector publik lebih banyak bersifat intangible output, maka ukuran financial
saja tidak cukup untuk mengukur kinerja sector public. Oleh karena itu perlu
dikembangkan ukuran kinerja non financial.
Tujuan
Sistem Pengukuran Kinerja
Secara
umum, tujuan system pengukuran kinerja adalah:
a) Untuk
mengkomunikasikan strategi secara lebih baik (top down dan bottom up);
b) Untuk
mengukur kinerja financial dan non financial secara berimbang sehingga dapat
diukur perkembangan pencapaian strategi;
c) Untuk
mengakomodasi pemahaman kepentingan manajer level menengah dan bawah serta
memotivasi untuk mencapai gold congruence;
dan
d) Sebagai
alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan individual dan kemampuan
kolektif yang rasioanal.
Manfaat Pengukuran
kinerja
a) Memberikan pemahaman
mengenai ukuran yang digunakan untuk menilai kinerja manajemen.
b) Memberikan
arah untuk mencapai target kinerja yang telah ditetapkan.
c) Untuk
memonitor dan mengevaluasi pencapaian kinerja dan membandingkannya dengan
target kinerja serta melakukan tindakan korektif untuk memperbaiki kinerja.
d) Sebagai
dasar untuk memberikan penghargaan dan hukuman (reward & punishment) secara objektif atas pencapaian prestasi
yang diukur sesuai dengan system pengkuran kinerja yang telah disepakati.
e) Sebagai
alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam rangka memperbaiki kinerja
organisasi.
f) Membantu
mengidentifikasi apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi.
g) Membantu
memahami proses kegiatan pemerintah. Dan,
h) Memastikan
bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara objektif.
Informasi sebagai Pengukuran Kinerja
- Informasi Finansial
Penilaian laporan kinerja finaansial diukur
berdasarkan pada anggaran yang telah dibuat. Penilaian tersebut dilakukan
dengan menganilisis varians (selisih atau perbedaan) antara kinerja actual
dengan yang dianggarkan
Analisis varians secara
garis besar berfokus pada:
a)
Varians pendapatan (revenue
variance)
b)
Varians
pengeluaran(expenditure variance)
-
Varians
belanja rutin (recurrent expenditure
variance)
-
Varians
belanja investasi/modal(capital
expenditure variance)
Setelah dilakukan
analisis varians, maka dilakukan identifikasi sumber penyebab terjadinya
varians dengan menelusur varians tersebut hingga level manajemen paling bawah.
Hal tersebut dilakukan guna mengetahui unit spesifik mana yang bertangguang
jawab terhadap terjadinya varians sampai tingkat manajemem paling bawah.
Penggunaan
analisis varians saja belum cukup untuk mengukur kinerja, karena dalam analisis
varians masih mengandung keterbatasan (constrain).
Keterbatasan analisis varians diantaranya terkait dengan kesulitan menetapkan
signifikansi besarnya varians.
·
Informasi NonFinansial
Informasi
Non Finansial dapat dijadikan sebagai tolak ukur lainnya. Informasi
non-Fiansial dapat menambah keyakinan terhadap kualitas proses pengendalian
manajemen. Teknik pengukuran kinerja secara komprehensif yang banyak
dikembangkan oleh berbagai organisasi dewasa ini adalah Balance Scorecard. Dengan Balance Scorecard kinerja organisasi
diukur tidak hanya berdasarkan aspek finansialnya saja, akan tetapi juga aspek
non – Finansial. Pengukuran dengan metode Balance
Scorecard melibatkan empat aspek
yaitu:
a)
Perspektif
Finansial (financial perpective).
b)
Perspektif
Kepuasan pelanggan (customer perspective).
c)
Perspektif
efisiensi proses internal (internal
proses efficiency).
d)
Perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan (learning
and growth perpective).
Jenis informasi non Finansial dapat dinyatakan dalam
variable kunci (key variable) atau
sering dinamakan key success factor. Key
result factor, atau pulse point.
Variabel kunci adalah variable yang mengindikasikan
factor – factor yang menjadi sebab kesuksesan suatu organisasi. Jika terjadi
perubahan yang tidak diinginkan, maka variable ini harus segera disesuaikan.
Suatu variable memiliki beberapa karakteristik antara lain:
a)
Menjelaskan
faktor pemicu keberhasilan dan kegagalan organisasi
b)
Sangat
volatile dan dapat berubah dengan cepat
c)
Perubahannya
tidak dapat diprediksi
d)
Jika
terjadi perubahan perlu diambil tindakan segera, dan
e)
Variabel
tersebut dapat diukur, baik secara langsung maupun melalui ukuran antara (surrogate). Sebagai contoh, kepuasan masyarakat tidak dapat diukur
secara langsung; akan tetapi dapat dibuat ukuran antaranya, misalnya jumlah
aduan, tuntutan, demonstrasi dapat dijadikan variable kunci.
Contoh Variabel Kunci
Dinas/unit
kerja
|
Variabel
Kunci
|
Rumah
sakit dan hotel
|
Tingkat hunian kamar yang dipakai (kamar yang dipakai:
jumlah total kamar yang tersedia)
|
Klinik
Kesehatan
|
Jumlah pelanggan (masyarakat) yg dilayani per hari
|
Perusahaan
Listrik negara
|
KWH
yang terjual
|
Perusahaan
Telekomunikasi
|
Jumlah
pulsa yang terjual
|
Perusahaan
air minum
|
Jumlah
debit air yang terjual
|
DLLAJ
|
Jumlah
alat angkutan umum (paid seats/capacity
seats)
|
Pekerjaan
Umum
|
Panjang
jalan yang diperbaiki
Panjang
jalan yang disapu atau dibersihkan
|
Kepolisian
|
Jumlah
kriminalitas yang tertangani
Jumlah
kecelakaan atau pelanggaran lalu lintas
Jumlah
pengaduan masyarakat yang tertangani
|
DPR/DPRD
|
Jumlah
pengaduan dan tuntutan masyarakat yang tertangani
Jumlah
rapat yang dilakukan
Jumlah
undang – undang atau perda yang dihasilkan
Jumlah
peserta rapat per total anggota
|
Dipenda
|
Jumlah
pendapatan yang terkumpul
|
Peran Indikator Kinerja Dalam Pengukuran Kinerja
Untuk melakukan pengukuran kinerja, variable kunci yang
sudah teridentifikasi tersebut kemudian dikembangkan menjadi indicator kinerja
untuk unit kerja yang bersangkutan. Untuk dapat diketahui tingkat capaian
kinerja, indicator kinerja tersebut kemudian dibandingkan dengan target kinerja
atau standar kinerja. Tahap terkhir adalah evaluasi kinerja yang hasilnya
berupa feedback, reward, dan punishment kepada
manajer pusat pertanggungjawaban.
Indikator kinerja digunakan sebagai
indicator pelaksanaan strategi yang telah ditetapkan. Indikator kinerja
tersebut dapat berbentuk factor – factor keberhasilan utama organisasi (critical success factor) dan indicator
kinerja kunci (key performance
indicator).
Faktor Keberhasilan Utama adalah suatu
area yang mengindikasikan kesuksesan kinerja unit kerja organisasi. Area ini
merefleksikan preferensi manajerial dengan memperhatikan variable – variable
kunci financial dan non Finansial pada kondisi waktu tertentu. Critical success factor tersebut harus
secara konsisten mengikuti perubahan yang terjadi dalam organisasi.
Indikator Kinerja Kunci merupakan
sekumpulan indicator yang dapat dianggap sebagai ukuran kinerja kunci baik yang
bersifat Finansial maupun non Finansial untuk melaksanakan operasi dan kinerja
unit bisnis. Indikator ini dapat digunakan oleh manajer untuk mendeteksi dan
memonitor capaian kinerja.
·
Pengembangan Indikator Kerja
Penggunaan
indicator kinerja sangat penting untuk mengetahui apakah suatu aktifitas atau
program telah dilakukan secara efisien dan efektif. Indikator untuk tiap – tiap
unit organisasi berbeda – beda tergantung pada tipe pelayanan yang dihasilkan. Penentuan indicator
kinerja perlu mempertimbangkan komponen berikut:
a)
Biaya
Pelayanan (cost of service)
b)
Penggunaan
(utilization)
c)
Kualitas
dan standar pelayanan (quality and
standards)
d)
Cakupan
pelayanan (coverage)
e)
Kepuasan
(satisfaction)
Indikator biaya biasanya diukur dalam bentuk biaya unit (unit cost), misalnya biaya per unit
pelayanan (panjang jalan yang diperbaiki, jumlah ton sampah yang terangkut,
biaya persiswa). Beberapa pelayanan mungkin tidak dapat ditentuksn biaya
unitnya, karena output yang dihasilkan tidak dapat dikuantifikasi atau tidak
ada keseragaman tipe pelayanan yang diberikan. Untuk kondisi
tersebut dapat dibuat indikator kinerja
proksi misalnya belanja per kapita (misalnya belanja per 1000 penduduk).
Langkah-langkah Pengukuran Value For Money
·
Pengukuran
Ekonomi
Pengukuran efektifitas hanya
mempehatikan keluaran yang didapat, sedangkan pengukuran ekonomi hanya
mempertimbangkan masukan yang dipergunakan. Ekonomi merupakan ukuran yang
relative. Pertanyaan sehubungan dengan pengukuran ekonomi adalah:
a) Apakah
biaya organisasi lebih besar dari yang telah dianggarkan oleh organisasi?
b) Apakah biaya organisasi
lebih besar daripada biaya organisasi lain yang sejenis yang dapat
diperbandingkan?
c) Apakah organisasi telah
menggunakan sumber daya finansialnya secara optimal?
·
Pengukuran Efisiensi
Efisiensi merupakan hal penting dari ketiga pokok bahasan
value for money. Efisiensi diukur
dengan rasio antara output dengan input. Semakin besar output disbanding input,
maka semakin tinggi tingkat efisiensi suatu organisasi.
Efesiensi= Output / Input
Rasio efisiensi tidak dinyatakan dalam bentuk absolute
tetapi dalam bentuk relative. Unit A adalah lebih efisien dibandingkan unit B,
unit A lebih efisien tahun ini dibanding tahun lalu, dan seterusnya. Karena
efisiensi diukur dengan membandingkan keluaran dan masukan, maka perbaikan
efisiensi dapat dilakukan dengan cara:
a) Meningkatkan
output pada tingkat input yang sama.
b) Meningkatkan
output dalam proprsi yang lebih besar daripada proporsi peningkatan input.
c) Menurunkan
input pada tingkatan output yang sama.
d) Menurunkan input dalam
proporsi yang lebih besar daripada proporsi penurunan output.
Penyebut
atau input sekunder seringkali diukur dalam bentuk satuan mata uang. Pembilang
atau output dapat diukur baik dalam jumlah uang ataupun satuan fisik. (Catatan:
efisiensi seringkali juga dinyatakan dalam bentuk input/output, dengan
interpretasi yang sama dengan bentuk input/output, contoh: biaya per unit
output).
Dalam
pengukuran kinerja value for money ,
efisiensi dapat dibagi menjadi dua: (a) efisiensi alokasi (efisiensi 1), dan (b) efisiensi
teknis atau efisiensi manajerial
(efisiensi 2). Efisiensi alokasi terkait dengan kemampuan untuk mendayagunakan
sumber daya input pada tingkat kapasitas optimal. Efisiensi teknis (manajerial)
terkait dengan kemampauan mendayagunakan sumber daya input pada tingkat output
tertentu.
·
Pengukuran Efektifitas
Efektifitas
adalah ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya. Apabila
suatu organisasi berhasil mencapai tujuan, maka organisasi tersebut dikatakan
telah berjalan dengan efektif. Hal terpenting yang perlu dicatat adalah bahwa
efektifitas tidak menyatakan berapa besar biaya yang telah dikeluarkan untuk
mencapai tujuan tersebut. Biaya boleh jadi melebihi apa yang telah dianggarkan,
boleh jadi dua kali lebih besar atau bahkan tiga kali lebih besar daripada yang
telah dianggarkan. Efektifitas hanya melihat apakah suatu program atau kegiatan
telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
·
Pengukuran Outcome
Outcome
adalah dampak suatu program atau kegiatan terhadap masyarakat. Outcome lebih
tinggi nilainya daripada output, karena output hanya mengukur hasil tanpa
mengukur dampaknya terhadap masyarakat, sedangkan outcome mengukur kualitas
outputdan danpak yang dihasilkan (Smith, 1996). Pengukuran outcome memiliki dua
peran yaitu peran retrospektif dan prospektif. Peran retrospektif terkait dengan
penilaian kinerja masa lalu, sedangkan peran prospektif terkait dengan
perencanaan kinerja masa yang akan dating.
Sebagai peran prospektif, pengukuran
outcome di gunakan untuk mengarahkan keputusan alokasi sumber daya publik.
Analisis retrospektif memberikan bukti terhadap praktik yang baik (good management). Bukti tersebut dapat
menjadi dasar untuk menetapkan target di masa yang akan dating dan mendorong
untuk menggunakan praktik yang terbaik. Atau dapat juga bukti tersebut
digunakan untuk membantu pembuat keputusan dalam menentukan program mana yang
perlu dilaksanakan dan metode terbaik mana yang perlu digunakan untuk
melaksanakan program tersebut.
- Estimasi
indikator kinerja,
Estimasi indikator kinerja meliputi
a) Kinerja tahun lalu
b) Expert judgment
c) Trend
d) Regresi
- Pembandingan
dalam membuat indicator kinerja
Langkah pertama dalam membuat indicator
kiinerja ekonomi, efisiensi, dan efektifitas adalah memahami operasi dengan
menganalisis kegiatan dan program yang akan dilaksanakan.
Kesimpulan
Sistem pengukuran kinerja sector publik adalah suatu system yang bertujuan untuk
membantu manajer publik menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur
financial dan non financial. Sistem pengukuran kinerja merupakan salah satu alat
pengendalian organisasi karena diperkuat dengan adanya mekanisme reward and punishment. Pengukuran
kinerja seKtor publik dimaksudkan untuk membantu memperbaiki kinerja
pemerintah, memperbaiki pengalokasian sumber daya dan pembuatan keputusan,
serta untuk memfasilitasi terwujudanya akuntabilitas publik.
Inti pengukuran kinerja pemerintah
adalah pengukuran value for money. Kinerja
pemerintah harus diukur dari sisi input, output dan outcome. Tujuan pengukuran
value for money yaitu mengukur tingkat ke ekonomisan dalam alokasi sumber daya,
efisiensi dalam penggunaan sumber daya dan hasil yang maksimal, serta
efektifitas dalam penggunaan sumber daya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar