Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(IPTEK) pada satu dekade terakhir ini sungguh dahsyat dan sangat pesat.
Manusia, seiring dengan berkembangnya zaman dan meningkatnya mobilitas, terus
berusaha menciptakan alat-alat tertentu sesuai dengan kebutuhan dan
keperluannya. Kebutuhan manusia yang beraneka ragam dan betapa mendesaknya
kegiatan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain menyebabkan manusia
membutuhkan assistant yang selalu bisa membantunya melakukan apa saja.
Assistant yang dimaksudkan di sini tentu
saja berhubungan dengan perangkat teknologi, yang pada era saat ini merupakan
rekan/mitra/partner/assistant sejati bagi penggunanya. Mengapa perangkat
teknologi dianggap merupakan partner sejati bagi penggunanya?
Sudah tidak dapat dipungkiri lagi bahwa
manusia sangat bergantung pada alat-alat yang diciptakannya. Perangkat
teknologi, sebagai suatu bentuk ciptaan dari terobosan intelektualitas manusia,
tidak lain tidak bukan telah dengan sangat baik menjalankan tugasnya dalam
mempermudah aktivitas manusia. Teknologi sangat mumpuni dalam mengatasi
hambatan jarak dan waktu yang sejak dahulu kala merupakan persoalan utama yang
dihadapi manusia.
Manusia dapat mengirim dan menerima
informasi dengan sangat cepat, dapat mengetahui perang yang terjadi di negara
lain, dapat mengakses data dari benua lain, tanpa perlu mengkhawatirkan jarak
dan waktu yang terbentang didepannya. Itulah teknologi. Lebih tepatnya,
teknologi komunikasi informasi.
Pada dasarnya, teknologi – khususnya
teknologi komunikasi informasi – yang berkembang saat ini telah membuktikan
pendapat Manuel Castells dalam bukunya The Network Society tentang
“......masyarakat dalam jaringan global yang saling terhubung”. Adapun
teknologi komunikasi itu sendiri adalah alat atau sistem yang dapat
meningkatkan kemampuan berkomunikasi atau mempermudah penyampaian dan
penerimaan pesan. Kebutuhan manusia akan infomasi, penyampaian dan penerimaan
pesan, mobilitas, hasil kerja yang akurat dan teliti, dan berbagai permasalah lainlah
yang mendorong perkembangan teknologi komunikasi informasi dengan begitu cepat.
Indonesia mungkin termasuk negara yang
beruntung karena memiliki beragam teknologi komunikasi informasi yang bisa
dinikmati oleh siapa saja dan menjadi pengguna ekstensif dinamika kemajuan
teknologi tersebut (Kompas, 30 Agustus 2007). Salah satu kebutuhan manusia yang
mendasar adalah mengetahui dimana posisinya pada saat-saat tertentu atau
mencari tahu tentang keberadaan suatu wilayah tertentu.
Hal ini sebenarnya merupakan kebutuhan
mendasar manusia sejak zaman dahulu kala. Kebutuhan untuk mengetahui posisi
keberadaannya di muka bumi, menentukan arah yang harus ditempuh untuk menuju
suatu tempat atau wilayah, mengetahui posisi atau letak suatu wilayah, jarak
tempuh dan waktu yang diperlukan untuk mencapai suatu wilayah, hal-hal seperti
ini akan memakan waktu dan biaya yang banyak jika kita harus mengerahkan
beberapa orang dalam beberapa tim untuk menyurveinya ke seluruh dunia.
Oleh karena itu, dibuatlah suatu alat atau
sistem yang pada akhirnya melahirkan teknologi mutakhir yang mampu memenuhi
semua kebutuhan manusia akan arah dan wilayah, yang disebut dengan teknologi
GPS (Global Positioning System). Arah dan posisi suatu wilayah memiliki peran
yang sangat penting dalam berbagai aktivitas. Dan seringkali proses atau cara
yang digunakan untuk mendapatkannya tidak praktis. Kehadiran teknologi GPS
telah menjawab tantangan yang ada untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Dengan
teknologi ini manusia dapat mengetahui posisi secara real time dan juga arah
jalan yang dituju.
Selain itu, teknologi ini akan sangat
membantu mereka yang tinggal di negara kepulauan, seperti kita – Indonesia,
untuk menemukan posisi daerah atau wilayah tertentu di peta digital, baik
melalui darat, air, maupun udara. Sorotan utamanya adalah penggunaan peta
digital pada GPS di darat, yang tentu saja banyak diaplikasikan pada
kendaraan-kendaraan bermotor, baik beroda dua maupun empat.
Sayangnya, sebagian besar masyarakat
Indonesia masih awam dengan gadget canggih yang satu ini. Hal ini mungkin
dikarenakan penggunaan GPS hanya bagi mereka yang berkendaraan. Namun, tak
dapat dipungkiri, faktor penghambat lain yang utama adalah GPS masih merupakan
barang mahal bagi masyarakat kita.
Oleh karena itu, dalam makalah ini kami
akan membahas beberapa hal yang berkaitan dengan masih awamnya masyarakat
Indonesia dengan teknologi GPS.
Kebutuhan manusia akan arah dan letak
memang merupakan barang langka yang baru bisa dipenuhi satu dekade terakhir
ini. Penemuan dan pengembangan teknologi GPS merupakan terobosan suskes manusia
yang semakin merealisasikan ungkapan “dunia dalam genggaman manusia”. Bagaimana
tidak jika teknologi GPS yang dengan bantuan “kroni-kroni” satelitnya mampu
merekam bumi dari berbagai sudut ini bahkan sudah dimasukkan ke dalam teknologi
telpon genggam yang sudah marak beredar di pasaran saat ini?
1. GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS)
Global Positioning System (GPS) adalah
suatu sistem navigasi yang memanfaatkan satelit. Penerima GPS memperoleh sinyal
dari beberapa satelit yang mengorbit bumi. Satelit yang mengitari bumi pada
orbit pendek ini terdiri dari 24 susunan satelit, dengan 21 satelit aktif dan 3
buah satelit sebagai cadangan. Dengan susunan orbit tertentu, maka satelit GPS
bisa diterima di seluruh permukaan bumi dengan penampakan antara 4 sampai 8
buah satelit. GPS dapat memberikan informasi posisi dan waktu dengan ketelitian
sangat tinggi.
Nama lengkap GPS adalah NAVSTAR GPS
(Navigational satellite Timing and Ranging Global Positioning System), namun
lebih sering dikenal sebagai GPS. GPS mulai diaktifkan untuk umum pada 17 Juli
1995.
2. SEJARAH GPS
Amerika Serikat merupakan negara pencetus
dan pemrakarsa GPS. Pada dasarnya, bentuk sistem teknologi GPS sama dengan sistem
navigasi radio pangkalan pusat, seperti LORAN dan Decca Navigator yang
dikembangkan pada tahun 1940-an dan digunakan selama Perang Dunia II. Inspirasi
pembuatan sistem GPS sebenarnya datang dari Uni Soviet yang pada saat itu,
tahun 1957, meluncurkan satelit pertama mereka, Sputnik.
Sebuah tim ilmuwan AS yang dipimpin oleh
Dr. Richard B. Kershner saat itu memonitor transmisi radio Sputnik. Mereka
menemukan bahwa Efek Doppler berpengaruh pada transmisi radio, di mana sinyal
frekuensi yang ditransmisi Sputnik sangat tinggi saat baru diluncurkan dan
semakin rendah seiring dengan satelit menjauhi bumi. Mereka menyadari bahwa
dengan mengetahui letak bujur lokasi mereka dengan tepat di peta dunia, mereka
mampu melacak posisi satelit tersebut mengorbit berdasarkan tolak ukur
penyimpangan Efek Doppler.
Transit, satelit sistem navigasi pertama
yang digunakan oleh Angkatan Laut AS sukses diujicobakan pertama kali pada
tahun 1960. Sistem yang menggunakan kumpulan dari lima satelit ini mampu
menentukan posisi sekali tiap jamnya. Pada tahun 1967, AL AS mengembangkan
satelit Timation yang membuktikan kemampuannya dengan menetapkan waktu yang
akurat di angkasa, merupakan teknologi acuan sistem GPS. Tahun 1970-an, Sistem
Navigasi Omega pangkalan pusat, berdasarkan pembandingan fase sinyal, menjadi
sistem navigasi radio pertama yang meliputi seluruh dunia.
Satelit percobaan pertama Block-I GPS
diluncurkan pada Februari 1978. Satelit-satelit GPS pertama kali dibuat oleh
Rockwell International (sekarang merupakan bagian dari Boeing) dan sekarang
dibuat oleh Lockheed Martin (IIR/IIR-M) dan Boeing (IIF).
Timeline:
Pada tahun 1972, Holloman AFB AS melakukan
perbandingan pengujian dua prototipe penerima GPS di atas White Sand Missile
Range, menggunakan satelit tiruan pangkalan pusat.
Tahun 1978, satelit percobaan pertama
Block-I GPS diluncurkan.
Tahun 1983, setelah pesawat interseptor
Rusia menembak pesawat terbang sipil KAL 007 di wilayah udara terlarang Rusia,
yang membunuh 269 orang dalam peristiwa tersebut, presiden AS Ronald Reagan
mengumumkan bahwa sistem GPS akan dapat digunakan oleh rakyat sipil begitu
sistem itu selesai dibuat.
Tahun 1985, sepuluh satelit percobaan
Block-I GPS tambahan diluncurkan untuk memvalidasi konsep tersebut.
Pada 14 Februari 1989, satelit modern
Block-II pertama diluncurkan.
Tahun 1992, Space Wing kedua, yang pada
dasarnya mengontrol sistem, di-nonaktifkan dan diganti dengan Space Wing ke-50.
Pada Desember 1993 sistem GPS mampu
beroperasi untuk pertama kalinya.
Pada 17 Januari 1994, konstelasi komplit 24
satelit telah mengorbit.
Kemampuan untuk beroperasi penuh
dideklarasikan oleh NAVSTAR pada April 1995.
Tahun 1996, menyadari pentingnya GPS bagi
rakyat sipil, presiden AS Bill Clinton mengeluarkan kebijakan langsung yang
menyatakan GPS sebagai dual-use system dan mendirikan Interagency GPS Executive
Board untuk mengatur penggunaannya sebagai aset negara.
Tahun 1998, Wakil Presiden AS Al Gore
mengumumkan rencana untuk mengupgrade GPS dengan dua sinyal sipil untuk
mempertinggi keakuratan dan keandalan pengguna, terutama dengan respek terhadap
faktor keselamatan penerbangan.
Pada 2 mei 2000, “Selective Availability”
tidak dilanjutkan sebagai hasil dari Peraturan Pemerintah tahun 1996,
memungkinkan pengguna untuk menerima sinyal tidak bertingkat secara global.
Tahun 2004, pemerintah AS menandatangani
sebuah perjanjian bersejarah dengan Komunitas Eropa membangun kerjasama dalam
bidang GPS dan rencana sistem Galileo Eropa.
Tahun 2004, presiden AS George W. Bush
memperbaharui kebijakan nasional, menggantikan lembaga eksekutif dengan
National Space-Based Positioning, Navigation, and Timing Executive Committee.
November 2004, QUALCOMM mengumumkan
keberhasilan menguji aplikasi bantuan sistem GPS pada telepon genggam.
2005, satlelit GPS pertama yang
dimodernisasi diluncurkan dan mulai mentransmisikan sinyal sipil kedua (L2C)
untuk meningkatkan manfaatnya bagi pengguna.
Peluncuran terbaru pada 17 Oktober 2007.
Satelit GPS tertua yang masih beroperasi diluncurkan pada 4 Juli 1991 dan mulai
dioperasikan pada 30 Agustus 1991.
14 September 2007, peraturan tentang Sistem
Pengendalian Segmen Pusat yang telah usang digantikan dengan Rencana Evolusi
Arsitektur yang baru.
3. KEGUNAAN GPS
· Militer
GPS digunakan untuk keperluan perang,
seperti menuntun arah bom, atau mengetahui posisi pasukan berada. Dengan cara
ini maka kita bisa mengetahui mana teman, mana lawan untuk menghindari salah
target ataupun menentukan pergerakan pasukan.
· Navigasi
GPS banyak juga digunakan sebagai alat
navigasi seperti kompas. Beberapa jenis kendaraan telah dilengkapi dengan GPS
untuk alat bantu navigasi. Dengan menambahkan peta, maka bisa digunakan untuk
memandu pengendara sehingga pengendara bisa mengetahui jalur mana yang
sebaiknya dipilih untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
· Sistem Informasi Geografis
Untuk keperluan Sistem Informasi Geografis,
GPS sering juga diikutsertakan dalam pembuatan peta, seperti mengukur jarak
perbatasan, ataupun sebagai referensi pengukuran.
· Pelacak_kendaraan
Kegunaan lain GPS adalah sebagai pelacak
kendaraan. Dengan bantuan GPS, pemilik kendaraan/pengelola armada bisa
mengetahui ada di mana saja kendaraannya/aset bergeraknya berada saat ini.
· Pemantau Gempa
Bahkan saat ini, GPS dengan ketelitian
tinggi bisa digunakan untuk memantau pergerakan tanah, yang ordenya hanya
milimeter dalam setahun. Pemantauan pergerakan tanah berguna untuk
memperkirakan terjadinya gempa, baik pergerakan vulkanik ataupun tektonik.
· Navigasi Pesawat Terbang
Kebanyakan sistem penerbangan menggunakan
alat GPS biasa dalam penerbangan, kecuali ketika mendarat dan lepas landas,
sama seperti alat elektronik lain. Larangan penggunaan GPS disebabkan adanya
isu keselamatan, yaitu tidak ingin penumpang memetakan posisinya. Sebaliknya,
sebagian penerbangan juga memasukkan GPS ke dalam sistem hiburan penerbangan.
Dengan pengamatan GPS, maka informasi posisi 3D, kecepatan dan percepatan
pesawat terbang dapat ditentukan secara teliti. Di samping itu GPS juga dapat
digunakan sebagai sistem navigasi pesawat terbang pada saat survey dengan
metode real time DGPS (Differential Global Positioning System).
· Penangkapan Ikan di Perairan Luas
Trimble memperkenalkan penerima GPS pertama
di dunia untuk navigasi laut pada tahun 1985. Dan seperti yang mungkin kita
duga, menavigasikan perairan dunia menjadi lebih tepat daripada sebelumnya.
Saat ini alat penerima Trimble dapat ditemukan di perahu-pearhu di seluruh
dunia, mulai dari perahu nelayan, kapal kargo pengantar barang, sampai kapal-kapal
pesiar mewah. Sebuah perusahaan penangkapan ikan asal Selandia Baru menggunakan
GPS supaya mereka dapat kembali ke wilayah terbaik untuk menangkap ikan tanpa
perlu tersesat sebelumnya.
4. CARA KERJA GPS
Perangkat GPS menerima sinyal dari satelit
dan kemudian melakukan perhitungan sehingga pada tampilan umumnya kita dapat
mengetahui posisi (dalam lintang dan bujur), kecepatan, dan waktu. Disamping
itu juga informasi tambahan seperti jarak, dan waktu tempuh. Posisi yang
ditampilkan merupakan sistem referensi geodetik WGS-84 dan waktu merupakan
referensi USNO (U.S. Naval Observatory Time).
Ilmuwan mengembangkan suatu konfigurasi
untuk sistim GPS yang dapat menjangkau secara global dengan menggunakan
sedikitnya 21 satelit pada medium earth orbit (MEO).
· 21 satelit yang aktif dan 3 satelit
cadangan.
· Enam bidang orbit. Ketinggian: 20,200 km.
Period: 11 jam 58 menit. Kemiringan: 530
· Empat satelit per pesawat.
· Lima stasiun pengawasan
Pada awalnya, peneliti berpendapat bahwa
sebuah konfigurasi garis edar bumi geostationary (GEO) berada pada 36,000 km.
Namun hal ini dibantah karena pendapat tersebut berarti satelit-satelit akan
memerlukan pemancar yang lebih kuat dan sarana peluncuran yang lebih tangguh.
Selain itu, GEO akan memberikan jangkauan daerah kutub yang lemah. Bahkan
konfigurasi test pendahuluan menunjukan bahwa pesawat – pesawat peluncur berada
pada kemiringan 630. 24 satelit-satelit GPS yang baru berada pada konfigurasi
Block II, dan telah diluncurkan antara tahun 1989 dan 1994.
Konfigurasi ini menunjukan bahwa enam
pesawat berada pada kemiringan 550. Berada pada posisi garis bujur yang sama
yaitu pada 600 garis bujur, kemiringan ini memberikan jangkauan global terbaik,
termasuk daerah kutub. Satelit-satelit bahkan dibagi menjadi empat generasi:
II, IIA, IIR dan IIF. Perbedaan-perbedaan yang utama ada pada ketelitian dan
jumlah maksimum hari tanpa kontak dari stasiun pemantauan dan kendali.
Stasiun pengawasan mengirimkan data yang
baru dan telah diperbaiki kepada masing-masing satelit setiap empat jam. Data
ini mencakup koreksi terhadap waktu dan posisi yang tepat dari satelit tersebut
dan satelit-satelit GPS lainnya yang berada di dalam orbit. Data terbaru
mengenai posisi satelit dapat ditentukan dengan melakukan pengukuran GPS terhadap
ground antenna di lokasi yang telah diketahui. Stasiun pengawasan ditempatkan
di dekat garis katulistiwa untuk mengurangi efek ionospheric.
Konsep GPS
Hubungan mendasar antara satelit dan
receiver digambarkan dalam lima langkah-langkah di bawah ini :
- Receiver menerima sinyal dari satelit GPS.
- Hal tersebut menentukan perbedaan antara waktu yang ada dengan waktu yang disampaikan melalui frekuensi yang ada.
- Sinyal yang dikirimkan juga menghitung jarak satelit dari receiver, dengan memperhitungkan bahwa sinyal tersebut dikirim dengan kecepatan cahaya.
- Receiver menerima sinyal dari dua satelit yang lain, dan kembali menghitung jarak dari mereka.
- Dengan mengetahui jarak nya dari tiga lokasi yang berbeda, receiver mentrianggulir (triangulation) posisi nya.
GPS memiliki dua tingkat ketelitian:
Sistem posisi standar (standard positioning
system / SPS)
SPS merupakan yang disediakan untuk umum
(sipil). Tingkat akurasi yang dihasilkan adalah 100 m untuk posisi horisontal
dan 150 meter untuk posisi vertikal.
Sistem posisi presisi (precision
positioning system / PPS)
PPS digunakan oleh Departemen Pertahanan AS
dan tidak disediakan untuk umum.
Penerima GPS menghitung posisinya dengan
mengukur jarak antara posisinya dan tiga atau lebih satelit GPS lainnya.
Masing-masing satelit memiliki jam atom dan secara berkesinambungan mengirimkan
pesan-pesan yang memuat waktu dan lokasi yang tepat. Penerima menggunakan
jamnya untuk menetapkan dengan seksama waktu penerimaan setiap pesan. Hal itu
membuat jarak dengan setiap satelit sejak pergerakan sinyal bergerak dengan
kecepatan mendekati kecepatan cahaya. Dengan mengetahui jaraknya dengan
sedikitnya tiga satelit dan posisi satelit tersebut, penerima menghitung
posisinya menggunakan trilaterasi. Kenyataannya, penerima-penerima tersebut
biasanya tidak memiliki ketepatan waktu yang akurat, tetapi melacak empat
satelit atau lebih sehingga memungkinkan mereka untuk menetapkan baik lokasi
maupun waktu yang akurat.
Bagaimana GPS mengetahui posisinya
Untuk mengetahui posisi dari GPS,
diperlukan minimal 3 satelit. Pengukuran posisi GPS didasarkan oleh sistem
pengukuran matematika yang disebut dengan Triliterasi. Yaitu pengukuran suatu
titik dengan bantuan 3 titik acu. Misalnya anda berada di suatu kota A (disini
kota kita anggap sebagai titik), tetapi anda tidak mengetahui dimana anda
berada. Untuk mengetahui keberadaan anda, anda bertanya kepada seseorang, dan orang
tersebut menjawab bahwa anda 2 km dari kota B.
Jawaban ini tidak memuaskan anda karena
anda tidak tahu apakah anda di sebelah selatan, utara, barat, atau timur kota
B. Kemudian anda bertanya kepada orang ke-2 dan mendapat jawaban bahwa anda
berada 5 km dari kota C. Dengan jawaban ini anda sudah dapat membayangkan
dimana posisi anda, hanya ada kemungkinan 2 titik berbeda yang berpotongan
antara lingkaran dengan radius kota A dengan kota B dan lingkaran dengan radius
kota A dengan kota C. Untuk lebih memperjelas lagi anda mumerlukan orang ke-3,
misalnya anda berada di 1 km dari kota D.
Dengan demikian anda mendapatkan
perpotongan antara lingkaran dengan radius jarak kota A ke kota B, lingkaran
antara kota A dan kota C, dan lingkaran antara kota A dan kota D. Dalam GPS
kota A adalah alat penerima GPS, kota B, C, dan D adalah Satelit. Beberapa
fungsi dari GPS adalah : 1. Untuk melakukan navigasi terhadap kapal laut dan
pesawat terbang. 2. Untuk menentukan jarak-jarak tertentu 3. Untuk melakukan
suatu penemuan di bidang geografi 4. dll.
5. GPS DI INDONESIA
GPS sebenarnya bukan lagi barang baru di
Indonesia. Hal ini terbukti karena sejak tahun 1999 PT Ratnacahaya Nusawiria
yang berpusat di Bandung mampu mengembangkan sistem aplikasi navigasi berbasis
GPS yang tak kalah canggih dengan aplikasi sejenis, seperti buatan Mapking,
Navifone, atau Solomap, yang sekarang terpasang di beberapa ponsel yang
memiliki fitur GPS (Kompas, 30 Agustus 2007).
Selain itu, pada bulan Aprill tahun 2000,
Pusat Penelitian Antar Universitas bidang Mikroelektronika bekerjasama dengan
Lembaga Penelitian dan Pengembangan ITENAS menyelenggarakan seminar – workshop
tentang Global Positioning System (GPS) di Hotel Savoy Homann Bandung.
Topik seminar – workshop ini adalah
mengenai Potensi dan Aplikasi Teknologi GPS. Acara ini digunakan sebagai wahana
untuk mengetahui status dan potensi penerapan sistem GPS di Indonesia,
khususnya mengkaji peluang pendayagunaan teknologi GPS tersebut dan sumbangannya
pada peningkatan perekonomian dan daya saing nasional. Organisasi profesi
maupun konsultan teknik juga menggalang kerjasama masyarakat pengguna GPS di
Indonesia serta memberikan feedback terhadap kemampuan tenaga ahli Indonesia
dalam pengembangan aplikasi teknologi GPS.
NusaMap merupakan salah satu produk GPS
yang paling menonjol dan merupakan karya orang Indonesia yang patut
dibanggakan. NusaMap merupakan aplikasi peta digital yang canggih dan serba
bisa. Untuk menggunakan NusaMap, diperlukan satu PDA PocketPC disertai satu
perangkat GPS (Bluetooth GPS, atau CompactFlash GPS, atau GPS yang dilengkapi
kabel serial ke PocketPC).
Peta digital NusaMap mencakup Jawa-Bali,
yang meliputi berbagai kota besar seperti Bali, Bandung, Bekasi, Bogor,
Cirebon, Denpasar, Depok, Jakarta, Kuta, Malang, Nusa Dua, Semarang, Singaraja,
Surakarta, Surabaya, Tangerang, dan Yogyakarta. Di dalamnya terdapat pula
informasi lokasi POI yang dikategorikan dalam kelompok, bandara, stasiun kereta
api, terminal, pelabuhan, hotel dan resort, restoran, lokasi turisme, lapangan
golf, pertokoan, pasar, pom bensin, kantor polisi, rumah sakit, kantor pos,
gedung perkantoran, apartemen, wali kota, dan universitas.
Walaupun NusaMap dapat dipakai secara
stand-alone untuk melihat-lihat peta, akan jauh lebih bermanfaat bila
dipasangkan dengan perangkat GPS. Perangkat GPS membantu memplot secara real
time posisi setiap saat pada peta NusaMap.
Salah satu fitur yang tampak sederhana,
tetapi berimplikasi besar, adalah digunakannya standar ASCII atau plain text
file untuk menyimpan data waypoint. Masalah klasik yang dihadapi pada perangkat
GPS adalah mengelola data waypoint mengingat adanya keterbatasan memory dan
kesulitan pencarian. Data NusaMap berbentuk plain text memudahkan kita untuk
menyimpan dan kemudian menemukan kembali waypoint tertentu dengan menggunakan
fasilitas Search di PocketPC maupun di PC. Informasi waypoint juga dapat di cut
& paste untuk dikirim via SMS atau e-mail kepada yang membutuhkan.
Untuk penggunaan lebih advanced, NusaMap
memberikan pula fasilitas remote tracking. Dengan memasang perangkat GPS+GSM
pada kendaraan, pemakai NusaMap dapat mengirim SMS permohonan info lokasi ke
kendaraan tersebut, yang akan langsung dijawab secara otomatis sehingga lokasi
kendaraan dapat ditampilkan seketika pada peta digital NusaMap yang ada pada
kita.
Selain itu, perusahaan Solo System
mengeluarkan produk GPS yang dikemas oleh perusahaan multimedia Avix yang
digunakan oleh sejumlah ATPM di Indonesia dan juga dimanfaatkan oleh industri
seluler terkemuka di dunia, Nokia. Dimana pemilik perusahaan Solo System dan
“otak” dari GPS ini tak lain adalah orang Indonesia, yaitu Arifin Effendy.
Aplikasi dari teknologi GPS di Indonesia
meliputi, GPS potabel pada kendaraan bermotor, baik mobil maupun motor. Selain
itu, banyak juga diaplikasikan dalam telepon genggam, baik pada produk GSM
maupun CDMA. Selain sebagai penunjuk arah, GPS juga dapat berfungsi sebagai
alat pelacak lokasi kendaraan yang dimanfaatkan oleh perusahaan jasa
transportasi, taksi. Dimana salah satu perusahaan penggunanya adalah Blue Bird.
Dengan bantuan GPS, perusahaan mampu menyelesaikan order lebih banyak daripada
sebelumnya karena perusahaan mampu melacak taksi yang posisinya terdekat dengan
lokasi pemesan.
Di Indonesia, teknologi GPS sebenarnya
telah cukup lama diaplikasikan dalam sistem navigasi pesawat terbang. Dengan
pengamatan GPS, maka informasi posisi 3D, kecepatan dan percepatan pesawat
terbang dapat ditentukan secara teliti. Di samping itu GPS juga dapat digunakan
sebagai sistem navigasi pesawat terbang pada saat survey dengan metode real
time DGPS (Differential Global Positioning System). Penggunaan GPS ini juga
diterapkan dalam kegiatan militer, berkaitan dengan pemantauan seluruh wilayah
kekuasaan NKRI untuk menjaga pertahanan dan keamanan negara.
6. AWAMNYA MASYARAKAT INDONESIA TERHADAP
GPS
Teknologi GPS sebenarnya bukan merupakan
teknologi yang baru lagi di Indonesia. Hal ini terbukti dengan telah dianutnya
teknologi ini pada akhir tahun 1990-an seperti yang telah diuraikan di atas.
Sayangnya terdapat beberapa kendala utama yang menyebabkan teknologi ini kurang
meng-Indonesia seperti teknologi-teknologi komunikasi informasi lainnya.
Adapun, menurut kelompok kami, terdapat
beberapa faktor penyebab awamnya masyarakat Indonesia terhadap GPS, yaitu:
1. Adanya perbedaan budaya antara pencipta
dan pengguna.
AS sebagai pencipta teknologi GPS tentunya
memiliki budaya yang jauh berbeda dengan Indonesia dalam hal mencari tahu
posisi dan keberadaan dirinya di muka bumi. Budaya orang AS adalah dengan
selalu mengandalkan peta manual kemana pun mereka pergi. Dengan begitu, mereka
tidak perlu takut tersesat dan kehabisan waktu di jalan. Sedangkan budaya orang
Indonesia sangat bertolak belakang. Kita lebih senang menyempatkan diri sekian
menit untuk berhenti di tengah jalan dan bertanya pada orang alamat tertentu
atau lokasi tertentu. Perbedaan budaya antara budaya pencipta dan budaya
pengguna inilah yang masih sulit untuk dijembatani dalam rangka memasyarakatkan
GPS di Indonesia.
2. Kebutuhan akan teknologi penunjuk arah
masih dirasakan tidak perlu dikalangan masyarakat.
Hal ini disebabkan oleh perbedaan budaya
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. GPS tidak seperti handphone yang
sudah merupakan kebutuhan utama hampir setiap orang. Dengan demikian, tidak
heran jika pengetahuan akan teknologi ini pun masih sangat minim di masyarakat
kita.
3. Pengaplikasian GPS masih terbatas pada
teknologi yang hanya digunakan oleh kalangan-kalangan tertentu.
Misalnya, penggunaan GPS sekarang masih
sangat terbatas pada kendaraan beroda empat. Penggunaan GPS pada kendaraan
beroda dua masih sangat jarang ditemukan. Selain itu, aplikasi GPS yang
terdapat dalam beberapa produk telepon genggam terkadang hanya merupakan vitur
tambahan bagi pemakainya tanpa tahu atau mengerti bagaimana cara
menggunakannya. Atau walaupun mereka mengerti, vitur GPS hanya akan berakhir di
menu handphone tanpa pernah digunakan.
4. Perangkat teknologi GPS masih merupakan
barang mahal.
Berbeda halnya dengan aplikasi GPS yang
sudah ditanamkan di dalam handphone, perangkat GPS potabel dijual dengan harga
yang masih relatif mahal. Harga yang beredar di pasaran saat ini untuk GPS
potabel ukuran 7 inci bernilai Rp. 5,5 juta, sedangkan untuk ukuran 3,5 inci
bernilai Rp. 2,75 juta. Selain itu, perangkat portabel dengan harga demikian
belum termasuk SD card untuk peta digitalnya. Hubungan antara GPS dengan SD
card ini sama dengan handphone dengan simcardnya. GPS tanpa peta digitalnya
hanya akan menunjukkan titik merah diantara berbagai garis tanpa keterangan apa
pun yang akan sangat membingungkan penggunanya. Oleh karena itu, SD card yang
berisi peta digital ini sangat dibutuhkan. Dengan adanya peta digital yang
sudah dipasangkan didalamnya, maka GPS akan mampu memberikan keterangan
mengenai nama jalan, letak, jarak yang harus ditempuh, bahkan posisi beberapa
tempat seperti posisi SPBU, restoran, pertokoan, dan sebagainya.
IMPLEMENTASI GPS DI BIDANG KOMUNIKASI
Penggunaan GPS tampak membawa perubahan
secara tidak langsung bagi masyarakat penggunanya di Indonesia. Hal paling
mendasar yang berubah adalah budaya penggunanya. Budaya orang Indonesia yang
terbiasa bertanya (lisan) arah dan lokasi sebuah tempat tujuan kepada orang
yang ditemui di jalan, berubah menjadi budaya membaca (tulisan) peta sejak
berkembangnya penggunaan GPS.
Selain itu, teknologi ini pun membawa
dampak tertentu dalam konteks komunikasi pemasaran. Pemetaan GPS yang mampu
menampilkan lokasi-lokasi fasilitas umum, restoran, hotel, café, dan
sebagainya, sangat membantu penyedia fasilitas untuk mempromosikan lokasinya.
Dengan kata lain, cara ini merupakan bentuk dari efektivitas penjualan
langsung. Bukan hanya fasilitas umum, GPS pun dapat digunakan untuk
mempromosikan tempat tujuan wisata di suatu daerah.
Melihat kemampuan GPS yang sangat membantu
masyarakat memetakan posisinya maupun posisi tempat tujuannya, pemerintah
seharusnya mampu menyediakan fasilitas GPS yang dapat diakses publik terutama
di kota-kota besar. Dengan demikian, GPS dapat menjadi konsumsi publik yang
tidak hanya terbatas pada kalangan tertentu.
Sebagai salah satu bentuk teknologi yang
termasuk baru di kalangan masyarakat Indonesia, GPS sebenarnya mampu membantu
proses pembangunan di Indonesia dengan kegunaan-kegunaannya yang telah
disebutkan di atas. Oleh karena itu, perlu adanya terobosan baru dari
pemerintah dengan memanfaatkan teknologi ini semaksimal mungkin.
Penerapan teknologi GPS telah membawa
perubahan mendasar dalam sistem komunikasi informasi manusia. Ini terbukti
dengan diaplikasikannya teknologi tersebut ke dalam berbagai bidang kehidupan
manusia. GPS pertama kali dikembangkan oleh Departemen Pertahanan AS. Setelah
itu, berbagai perkembangan yang dilakukan mulai mengantarkan GPS menjadi salah
satu teknologi yang dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat umum.
GPS yang mengandalkan 24 satelit yang
mengorbit bumi ini mampu mengirimkan data berupa posisi dan waktu yang akurat
kepada penerima GPS di bumi. Tingkat keakuratan GPS sangat dapat diandalkan
untuk menemukan lokasi suatu wilayah, melacak kendaraan, pemantauan gempa,
kepentingan militer, navigasi pesawat terbang, maupun kegiatan penangkapan ikan
di perairan luas atau laut.
Pengaplikasian GPS di Indonesia telah
dimulai sejak tahun 2001, dimana salah satu perusahaan jasa transportasi
menggunakannya untuk melacak lokasi taksi yang terdekat dengan lokasi pelanggan
yang memberikan order. Setelah itu, GPS mulai dikembangkan untuk digunakan
secara umum, baik pada kendaraan beroda empat maupun dua.
Walaupun begitu, masyarakat kita masih
terbilang awam dengan teknologi ini dikarenakan adanya kesenjangan digital dan
kesenjangan informasi di bidang teknologi komunikasi informasi. Selain itu, GPS
masih merupakan barang mahal bagi masyarakat Indonesia. Faktor-faktor tersebut
merupakan faktor utama rendahnya pengetahuan dan penggunaan GPS di kalangan
masyarakat umum kita.
Adapun implementasi GPS di bidang
komunikasi antara lain, Pertama, GPS secara tidak langsung mengubah budaya
lisan menjadi budaya tulisan. Kebiasaan masyarakat Indonesia menanyakan arah
dan lokasi tempat tujuan kepada orang yang ditemui di jalan berubah menjadi
kebiasaan membaca peta jika orang tersebut mampu menggunakan GPS. Kedua, GPS
dapat menampilkan nama lokasi sehingga dapat dimanfaatkan untuk mempromosikan
lokasi suatu fasilitas publik seperti hotel dan restoran dan karenanya
meningkatkan efektivitas penjualan langsung. Pengelola tempat tujuan pariwisata
juga dapat diuntungkan karena kegunaan GPS di atas. Banyaknya manfaat yang
diperoleh dari GPS seharusnya dapat membangkitkan kesadaran pemerintah untuk
meningkatkan kualitas pelayanan publik dengan cara menyediakan fasilitas GPS
yang dapat diakses publik di tempat-tempat umum, terutama di kota-kota besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar