Jumat, 04 April 2014

KEMAJUAN IPTEK (GPS)


Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) pada satu dekade terakhir ini sungguh dahsyat dan sangat pesat. Manusia, seiring dengan berkembangnya zaman dan meningkatnya mobilitas, terus berusaha menciptakan alat-alat tertentu sesuai dengan kebutuhan dan keperluannya. Kebutuhan manusia yang beraneka ragam dan betapa mendesaknya kegiatan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain menyebabkan manusia membutuhkan assistant yang selalu bisa membantunya melakukan apa saja.

Assistant yang dimaksudkan di sini tentu saja berhubungan dengan perangkat teknologi, yang pada era saat ini merupakan rekan/mitra/partner/assistant sejati bagi penggunanya. Mengapa perangkat teknologi dianggap merupakan partner sejati bagi penggunanya?

Sudah tidak dapat dipungkiri lagi bahwa manusia sangat bergantung pada alat-alat yang diciptakannya. Perangkat teknologi, sebagai suatu bentuk ciptaan dari terobosan intelektualitas manusia, tidak lain tidak bukan telah dengan sangat baik menjalankan tugasnya dalam mempermudah aktivitas manusia. Teknologi sangat mumpuni dalam mengatasi hambatan jarak dan waktu yang sejak dahulu kala merupakan persoalan utama yang dihadapi manusia.

Manusia dapat mengirim dan menerima informasi dengan sangat cepat, dapat mengetahui perang yang terjadi di negara lain, dapat mengakses data dari benua lain, tanpa perlu mengkhawatirkan jarak dan waktu yang terbentang didepannya. Itulah teknologi. Lebih tepatnya, teknologi komunikasi informasi.

Pada dasarnya, teknologi – khususnya teknologi komunikasi informasi – yang berkembang saat ini telah membuktikan pendapat Manuel Castells dalam bukunya The Network Society tentang “......masyarakat dalam jaringan global yang saling terhubung”. Adapun teknologi komunikasi itu sendiri adalah alat atau sistem yang dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi atau mempermudah penyampaian dan penerimaan pesan. Kebutuhan manusia akan infomasi, penyampaian dan penerimaan pesan, mobilitas, hasil kerja yang akurat dan teliti, dan berbagai permasalah lainlah yang mendorong perkembangan teknologi komunikasi informasi dengan begitu cepat.

Indonesia mungkin termasuk negara yang beruntung karena memiliki beragam teknologi komunikasi informasi yang bisa dinikmati oleh siapa saja dan menjadi pengguna ekstensif dinamika kemajuan teknologi tersebut (Kompas, 30 Agustus 2007). Salah satu kebutuhan manusia yang mendasar adalah mengetahui dimana posisinya pada saat-saat tertentu atau mencari tahu tentang keberadaan suatu wilayah tertentu.

Hal ini sebenarnya merupakan kebutuhan mendasar manusia sejak zaman dahulu kala. Kebutuhan untuk mengetahui posisi keberadaannya di muka bumi, menentukan arah yang harus ditempuh untuk menuju suatu tempat atau wilayah, mengetahui posisi atau letak suatu wilayah, jarak tempuh dan waktu yang diperlukan untuk mencapai suatu wilayah, hal-hal seperti ini akan memakan waktu dan biaya yang banyak jika kita harus mengerahkan beberapa orang dalam beberapa tim untuk menyurveinya ke seluruh dunia.

Oleh karena itu, dibuatlah suatu alat atau sistem yang pada akhirnya melahirkan teknologi mutakhir yang mampu memenuhi semua kebutuhan manusia akan arah dan wilayah, yang disebut dengan teknologi GPS (Global Positioning System). Arah dan posisi suatu wilayah memiliki peran yang sangat penting dalam berbagai aktivitas. Dan seringkali proses atau cara yang digunakan untuk mendapatkannya tidak praktis. Kehadiran teknologi GPS telah menjawab tantangan yang ada untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Dengan teknologi ini manusia dapat mengetahui posisi secara real time dan juga arah jalan yang dituju.

Selain itu, teknologi ini akan sangat membantu mereka yang tinggal di negara kepulauan, seperti kita – Indonesia, untuk menemukan posisi daerah atau wilayah tertentu di peta digital, baik melalui darat, air, maupun udara. Sorotan utamanya adalah penggunaan peta digital pada GPS di darat, yang tentu saja banyak diaplikasikan pada kendaraan-kendaraan bermotor, baik beroda dua maupun empat.

Sayangnya, sebagian besar masyarakat Indonesia masih awam dengan gadget canggih yang satu ini. Hal ini mungkin dikarenakan penggunaan GPS hanya bagi mereka yang berkendaraan. Namun, tak dapat dipungkiri, faktor penghambat lain yang utama adalah GPS masih merupakan barang mahal bagi masyarakat kita.

Oleh karena itu, dalam makalah ini kami akan membahas beberapa hal yang berkaitan dengan masih awamnya masyarakat Indonesia dengan teknologi GPS.

Kebutuhan manusia akan arah dan letak memang merupakan barang langka yang baru bisa dipenuhi satu dekade terakhir ini. Penemuan dan pengembangan teknologi GPS merupakan terobosan suskes manusia yang semakin merealisasikan ungkapan “dunia dalam genggaman manusia”. Bagaimana tidak jika teknologi GPS yang dengan bantuan “kroni-kroni” satelitnya mampu merekam bumi dari berbagai sudut ini bahkan sudah dimasukkan ke dalam teknologi telpon genggam yang sudah marak beredar di pasaran saat ini?





1. GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS)

Global Positioning System (GPS) adalah suatu sistem navigasi yang memanfaatkan satelit. Penerima GPS memperoleh sinyal dari beberapa satelit yang mengorbit bumi. Satelit yang mengitari bumi pada orbit pendek ini terdiri dari 24 susunan satelit, dengan 21 satelit aktif dan 3 buah satelit sebagai cadangan. Dengan susunan orbit tertentu, maka satelit GPS bisa diterima di seluruh permukaan bumi dengan penampakan antara 4 sampai 8 buah satelit. GPS dapat memberikan informasi posisi dan waktu dengan ketelitian sangat tinggi.

Nama lengkap GPS adalah NAVSTAR GPS (Navigational satellite Timing and Ranging Global Positioning System), namun lebih sering dikenal sebagai GPS. GPS mulai diaktifkan untuk umum pada 17 Juli 1995.


2. SEJARAH GPS

Amerika Serikat merupakan negara pencetus dan pemrakarsa GPS. Pada dasarnya, bentuk sistem teknologi GPS sama dengan sistem navigasi radio pangkalan pusat, seperti LORAN dan Decca Navigator yang dikembangkan pada tahun 1940-an dan digunakan selama Perang Dunia II. Inspirasi pembuatan sistem GPS sebenarnya datang dari Uni Soviet yang pada saat itu, tahun 1957, meluncurkan satelit pertama mereka, Sputnik.

Sebuah tim ilmuwan AS yang dipimpin oleh Dr. Richard B. Kershner saat itu memonitor transmisi radio Sputnik. Mereka menemukan bahwa Efek Doppler berpengaruh pada transmisi radio, di mana sinyal frekuensi yang ditransmisi Sputnik sangat tinggi saat baru diluncurkan dan semakin rendah seiring dengan satelit menjauhi bumi. Mereka menyadari bahwa dengan mengetahui letak bujur lokasi mereka dengan tepat di peta dunia, mereka mampu melacak posisi satelit tersebut mengorbit berdasarkan tolak ukur penyimpangan Efek Doppler.

Transit, satelit sistem navigasi pertama yang digunakan oleh Angkatan Laut AS sukses diujicobakan pertama kali pada tahun 1960. Sistem yang menggunakan kumpulan dari lima satelit ini mampu menentukan posisi sekali tiap jamnya. Pada tahun 1967, AL AS mengembangkan satelit Timation yang membuktikan kemampuannya dengan menetapkan waktu yang akurat di angkasa, merupakan teknologi acuan sistem GPS. Tahun 1970-an, Sistem Navigasi Omega pangkalan pusat, berdasarkan pembandingan fase sinyal, menjadi sistem navigasi radio pertama yang meliputi seluruh dunia.

Satelit percobaan pertama Block-I GPS diluncurkan pada Februari 1978. Satelit-satelit GPS pertama kali dibuat oleh Rockwell International (sekarang merupakan bagian dari Boeing) dan sekarang dibuat oleh Lockheed Martin (IIR/IIR-M) dan Boeing (IIF).


Timeline:

Pada tahun 1972, Holloman AFB AS melakukan perbandingan pengujian dua prototipe penerima GPS di atas White Sand Missile Range, menggunakan satelit tiruan pangkalan pusat.

Tahun 1978, satelit percobaan pertama Block-I GPS diluncurkan.

Tahun 1983, setelah pesawat interseptor Rusia menembak pesawat terbang sipil KAL 007 di wilayah udara terlarang Rusia, yang membunuh 269 orang dalam peristiwa tersebut, presiden AS Ronald Reagan mengumumkan bahwa sistem GPS akan dapat digunakan oleh rakyat sipil begitu sistem itu selesai dibuat.

Tahun 1985, sepuluh satelit percobaan Block-I GPS tambahan diluncurkan untuk memvalidasi konsep tersebut.

Pada 14 Februari 1989, satelit modern Block-II pertama diluncurkan.

Tahun 1992, Space Wing kedua, yang pada dasarnya mengontrol sistem, di-nonaktifkan dan diganti dengan Space Wing ke-50.

Pada Desember 1993 sistem GPS mampu beroperasi untuk pertama kalinya.

Pada 17 Januari 1994, konstelasi komplit 24 satelit telah mengorbit.
Kemampuan untuk beroperasi penuh dideklarasikan oleh NAVSTAR pada April 1995.

Tahun 1996, menyadari pentingnya GPS bagi rakyat sipil, presiden AS Bill Clinton mengeluarkan kebijakan langsung yang menyatakan GPS sebagai dual-use system dan mendirikan Interagency GPS Executive Board untuk mengatur penggunaannya sebagai aset negara.

Tahun 1998, Wakil Presiden AS Al Gore mengumumkan rencana untuk mengupgrade GPS dengan dua sinyal sipil untuk mempertinggi keakuratan dan keandalan pengguna, terutama dengan respek terhadap faktor keselamatan penerbangan.

Pada 2 mei 2000, “Selective Availability” tidak dilanjutkan sebagai hasil dari Peraturan Pemerintah tahun 1996, memungkinkan pengguna untuk menerima sinyal tidak bertingkat secara global.

Tahun 2004, pemerintah AS menandatangani sebuah perjanjian bersejarah dengan Komunitas Eropa membangun kerjasama dalam bidang GPS dan rencana sistem Galileo Eropa.

Tahun 2004, presiden AS George W. Bush memperbaharui kebijakan nasional, menggantikan lembaga eksekutif dengan National Space-Based Positioning, Navigation, and Timing Executive Committee.

November 2004, QUALCOMM mengumumkan keberhasilan menguji aplikasi bantuan sistem GPS pada telepon genggam.

2005, satlelit GPS pertama yang dimodernisasi diluncurkan dan mulai mentransmisikan sinyal sipil kedua (L2C) untuk meningkatkan manfaatnya bagi pengguna.
Peluncuran terbaru pada 17 Oktober 2007. Satelit GPS tertua yang masih beroperasi diluncurkan pada 4 Juli 1991 dan mulai dioperasikan pada 30 Agustus 1991.

14 September 2007, peraturan tentang Sistem Pengendalian Segmen Pusat yang telah usang digantikan dengan Rencana Evolusi Arsitektur yang baru.



3. KEGUNAAN GPS

· Militer
GPS digunakan untuk keperluan perang, seperti menuntun arah bom, atau mengetahui posisi pasukan berada. Dengan cara ini maka kita bisa mengetahui mana teman, mana lawan untuk menghindari salah target ataupun menentukan pergerakan pasukan.

· Navigasi
GPS banyak juga digunakan sebagai alat navigasi seperti kompas. Beberapa jenis kendaraan telah dilengkapi dengan GPS untuk alat bantu navigasi. Dengan menambahkan peta, maka bisa digunakan untuk memandu pengendara sehingga pengendara bisa mengetahui jalur mana yang sebaiknya dipilih untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

· Sistem Informasi Geografis

Untuk keperluan Sistem Informasi Geografis, GPS sering juga diikutsertakan dalam pembuatan peta, seperti mengukur jarak perbatasan, ataupun sebagai referensi pengukuran.

· Pelacak_kendaraan
Kegunaan lain GPS adalah sebagai pelacak kendaraan. Dengan bantuan GPS, pemilik kendaraan/pengelola armada bisa mengetahui ada di mana saja kendaraannya/aset bergeraknya berada saat ini.

· Pemantau Gempa

Bahkan saat ini, GPS dengan ketelitian tinggi bisa digunakan untuk memantau pergerakan tanah, yang ordenya hanya milimeter dalam setahun. Pemantauan pergerakan tanah berguna untuk memperkirakan terjadinya gempa, baik pergerakan vulkanik ataupun tektonik.

· Navigasi Pesawat Terbang

Kebanyakan sistem penerbangan menggunakan alat GPS biasa dalam penerbangan, kecuali ketika mendarat dan lepas landas, sama seperti alat elektronik lain. Larangan penggunaan GPS disebabkan adanya isu keselamatan, yaitu tidak ingin penumpang memetakan posisinya. Sebaliknya, sebagian penerbangan juga memasukkan GPS ke dalam sistem hiburan penerbangan. Dengan pengamatan GPS, maka informasi posisi 3D, kecepatan dan percepatan pesawat terbang dapat ditentukan secara teliti. Di samping itu GPS juga dapat digunakan sebagai sistem navigasi pesawat terbang pada saat survey dengan metode real time DGPS (Differential Global Positioning System).

· Penangkapan Ikan di Perairan Luas

Trimble memperkenalkan penerima GPS pertama di dunia untuk navigasi laut pada tahun 1985. Dan seperti yang mungkin kita duga, menavigasikan perairan dunia menjadi lebih tepat daripada sebelumnya. Saat ini alat penerima Trimble dapat ditemukan di perahu-pearhu di seluruh dunia, mulai dari perahu nelayan, kapal kargo pengantar barang, sampai kapal-kapal pesiar mewah. Sebuah perusahaan penangkapan ikan asal Selandia Baru menggunakan GPS supaya mereka dapat kembali ke wilayah terbaik untuk menangkap ikan tanpa perlu tersesat sebelumnya.


4. CARA KERJA GPS

Perangkat GPS menerima sinyal dari satelit dan kemudian melakukan perhitungan sehingga pada tampilan umumnya kita dapat mengetahui posisi (dalam lintang dan bujur), kecepatan, dan waktu. Disamping itu juga informasi tambahan seperti jarak, dan waktu tempuh. Posisi yang ditampilkan merupakan sistem referensi geodetik WGS-84 dan waktu merupakan referensi USNO (U.S. Naval Observatory Time).

Ilmuwan mengembangkan suatu konfigurasi untuk sistim GPS yang dapat menjangkau secara global dengan menggunakan sedikitnya 21 satelit pada medium earth orbit (MEO).

· 21 satelit yang aktif dan 3 satelit cadangan.

· Enam bidang orbit. Ketinggian: 20,200 km. Period: 11 jam 58 menit. Kemiringan: 530

· Empat satelit per pesawat.

· Lima stasiun pengawasan

Pada awalnya, peneliti berpendapat bahwa sebuah konfigurasi garis edar bumi geostationary (GEO) berada pada 36,000 km. Namun hal ini dibantah karena pendapat tersebut berarti satelit-satelit akan memerlukan pemancar yang lebih kuat dan sarana peluncuran yang lebih tangguh. Selain itu, GEO akan memberikan jangkauan daerah kutub yang lemah. Bahkan konfigurasi test pendahuluan menunjukan bahwa pesawat – pesawat peluncur berada pada kemiringan 630. 24 satelit-satelit GPS yang baru berada pada konfigurasi Block II, dan telah diluncurkan antara tahun 1989 dan 1994.

Konfigurasi ini menunjukan bahwa enam pesawat berada pada kemiringan 550. Berada pada posisi garis bujur yang sama yaitu pada 600 garis bujur, kemiringan ini memberikan jangkauan global terbaik, termasuk daerah kutub. Satelit-satelit bahkan dibagi menjadi empat generasi: II, IIA, IIR dan IIF. Perbedaan-perbedaan yang utama ada pada ketelitian dan jumlah maksimum hari tanpa kontak dari stasiun pemantauan dan kendali.

Stasiun pengawasan mengirimkan data yang baru dan telah diperbaiki kepada masing-masing satelit setiap empat jam. Data ini mencakup koreksi terhadap waktu dan posisi yang tepat dari satelit tersebut dan satelit-satelit GPS lainnya yang berada di dalam orbit. Data terbaru mengenai posisi satelit dapat ditentukan dengan melakukan pengukuran GPS terhadap ground antenna di lokasi yang telah diketahui. Stasiun pengawasan ditempatkan di dekat garis katulistiwa untuk mengurangi efek ionospheric.

Konsep GPS

Hubungan mendasar antara satelit dan receiver digambarkan dalam lima langkah-langkah di bawah ini :
  1. Receiver menerima sinyal dari satelit GPS.
  2. Hal tersebut menentukan perbedaan antara waktu yang ada dengan waktu yang disampaikan melalui frekuensi yang ada.
  3. Sinyal yang dikirimkan juga menghitung jarak satelit dari receiver, dengan memperhitungkan bahwa sinyal tersebut dikirim dengan kecepatan cahaya.
  4. Receiver menerima sinyal dari dua satelit yang lain, dan kembali menghitung jarak dari mereka.
  5. Dengan mengetahui jarak nya dari tiga lokasi yang berbeda, receiver mentrianggulir (triangulation) posisi nya.




GPS memiliki dua tingkat ketelitian:
Sistem posisi standar (standard positioning system / SPS)
SPS merupakan yang disediakan untuk umum (sipil). Tingkat akurasi yang dihasilkan adalah 100 m untuk posisi horisontal dan 150 meter untuk posisi vertikal.
Sistem posisi presisi (precision positioning system / PPS)
PPS digunakan oleh Departemen Pertahanan AS dan tidak disediakan untuk umum.


Penerima GPS menghitung posisinya dengan mengukur jarak antara posisinya dan tiga atau lebih satelit GPS lainnya. Masing-masing satelit memiliki jam atom dan secara berkesinambungan mengirimkan pesan-pesan yang memuat waktu dan lokasi yang tepat. Penerima menggunakan jamnya untuk menetapkan dengan seksama waktu penerimaan setiap pesan. Hal itu membuat jarak dengan setiap satelit sejak pergerakan sinyal bergerak dengan kecepatan mendekati kecepatan cahaya. Dengan mengetahui jaraknya dengan sedikitnya tiga satelit dan posisi satelit tersebut, penerima menghitung posisinya menggunakan trilaterasi. Kenyataannya, penerima-penerima tersebut biasanya tidak memiliki ketepatan waktu yang akurat, tetapi melacak empat satelit atau lebih sehingga memungkinkan mereka untuk menetapkan baik lokasi maupun waktu yang akurat.
Bagaimana GPS mengetahui posisinya

Untuk mengetahui posisi dari GPS, diperlukan minimal 3 satelit. Pengukuran posisi GPS didasarkan oleh sistem pengukuran matematika yang disebut dengan Triliterasi. Yaitu pengukuran suatu titik dengan bantuan 3 titik acu. Misalnya anda berada di suatu kota A (disini kota kita anggap sebagai titik), tetapi anda tidak mengetahui dimana anda berada. Untuk mengetahui keberadaan anda, anda bertanya kepada seseorang, dan orang tersebut menjawab bahwa anda 2 km dari kota B.

Jawaban ini tidak memuaskan anda karena anda tidak tahu apakah anda di sebelah selatan, utara, barat, atau timur kota B. Kemudian anda bertanya kepada orang ke-2 dan mendapat jawaban bahwa anda berada 5 km dari kota C. Dengan jawaban ini anda sudah dapat membayangkan dimana posisi anda, hanya ada kemungkinan 2 titik berbeda yang berpotongan antara lingkaran dengan radius kota A dengan kota B dan lingkaran dengan radius kota A dengan kota C. Untuk lebih memperjelas lagi anda mumerlukan orang ke-3, misalnya anda berada di 1 km dari kota D.

Dengan demikian anda mendapatkan perpotongan antara lingkaran dengan radius jarak kota A ke kota B, lingkaran antara kota A dan kota C, dan lingkaran antara kota A dan kota D. Dalam GPS kota A adalah alat penerima GPS, kota B, C, dan D adalah Satelit. Beberapa fungsi dari GPS adalah : 1. Untuk melakukan navigasi terhadap kapal laut dan pesawat terbang. 2. Untuk menentukan jarak-jarak tertentu 3. Untuk melakukan suatu penemuan di bidang geografi 4. dll.


5. GPS DI INDONESIA

GPS sebenarnya bukan lagi barang baru di Indonesia. Hal ini terbukti karena sejak tahun 1999 PT Ratnacahaya Nusawiria yang berpusat di Bandung mampu mengembangkan sistem aplikasi navigasi berbasis GPS yang tak kalah canggih dengan aplikasi sejenis, seperti buatan Mapking, Navifone, atau Solomap, yang sekarang terpasang di beberapa ponsel yang memiliki fitur GPS (Kompas, 30 Agustus 2007).

Selain itu, pada bulan Aprill tahun 2000, Pusat Penelitian Antar Universitas bidang Mikroelektronika bekerjasama dengan Lembaga Penelitian dan Pengembangan ITENAS menyelenggarakan seminar – workshop tentang Global Positioning System (GPS) di Hotel Savoy Homann Bandung.

Topik seminar – workshop ini adalah mengenai Potensi dan Aplikasi Teknologi GPS. Acara ini digunakan sebagai wahana untuk mengetahui status dan potensi penerapan sistem GPS di Indonesia, khususnya mengkaji peluang pendayagunaan teknologi GPS tersebut dan sumbangannya pada peningkatan perekonomian dan daya saing nasional. Organisasi profesi maupun konsultan teknik juga menggalang kerjasama masyarakat pengguna GPS di Indonesia serta memberikan feedback terhadap kemampuan tenaga ahli Indonesia dalam pengembangan aplikasi teknologi GPS.

NusaMap merupakan salah satu produk GPS yang paling menonjol dan merupakan karya orang Indonesia yang patut dibanggakan. NusaMap merupakan aplikasi peta digital yang canggih dan serba bisa. Untuk menggunakan NusaMap, diperlukan satu PDA PocketPC disertai satu perangkat GPS (Bluetooth GPS, atau CompactFlash GPS, atau GPS yang dilengkapi kabel serial ke PocketPC).

Peta digital NusaMap mencakup Jawa-Bali, yang meliputi berbagai kota besar seperti Bali, Bandung, Bekasi, Bogor, Cirebon, Denpasar, Depok, Jakarta, Kuta, Malang, Nusa Dua, Semarang, Singaraja, Surakarta, Surabaya, Tangerang, dan Yogyakarta. Di dalamnya terdapat pula informasi lokasi POI yang dikategorikan dalam kelompok, bandara, stasiun kereta api, terminal, pelabuhan, hotel dan resort, restoran, lokasi turisme, lapangan golf, pertokoan, pasar, pom bensin, kantor polisi, rumah sakit, kantor pos, gedung perkantoran, apartemen, wali kota, dan universitas.


Walaupun NusaMap dapat dipakai secara stand-alone untuk melihat-lihat peta, akan jauh lebih bermanfaat bila dipasangkan dengan perangkat GPS. Perangkat GPS membantu memplot secara real time posisi setiap saat pada peta NusaMap.

Salah satu fitur yang tampak sederhana, tetapi berimplikasi besar, adalah digunakannya standar ASCII atau plain text file untuk menyimpan data waypoint. Masalah klasik yang dihadapi pada perangkat GPS adalah mengelola data waypoint mengingat adanya keterbatasan memory dan kesulitan pencarian. Data NusaMap berbentuk plain text memudahkan kita untuk menyimpan dan kemudian menemukan kembali waypoint tertentu dengan menggunakan fasilitas Search di PocketPC maupun di PC. Informasi waypoint juga dapat di cut & paste untuk dikirim via SMS atau e-mail kepada yang membutuhkan.

Untuk penggunaan lebih advanced, NusaMap memberikan pula fasilitas remote tracking. Dengan memasang perangkat GPS+GSM pada kendaraan, pemakai NusaMap dapat mengirim SMS permohonan info lokasi ke kendaraan tersebut, yang akan langsung dijawab secara otomatis sehingga lokasi kendaraan dapat ditampilkan seketika pada peta digital NusaMap yang ada pada kita.

Selain itu, perusahaan Solo System mengeluarkan produk GPS yang dikemas oleh perusahaan multimedia Avix yang digunakan oleh sejumlah ATPM di Indonesia dan juga dimanfaatkan oleh industri seluler terkemuka di dunia, Nokia. Dimana pemilik perusahaan Solo System dan “otak” dari GPS ini tak lain adalah orang Indonesia, yaitu Arifin Effendy.


Aplikasi dari teknologi GPS di Indonesia meliputi, GPS potabel pada kendaraan bermotor, baik mobil maupun motor. Selain itu, banyak juga diaplikasikan dalam telepon genggam, baik pada produk GSM maupun CDMA. Selain sebagai penunjuk arah, GPS juga dapat berfungsi sebagai alat pelacak lokasi kendaraan yang dimanfaatkan oleh perusahaan jasa transportasi, taksi. Dimana salah satu perusahaan penggunanya adalah Blue Bird. Dengan bantuan GPS, perusahaan mampu menyelesaikan order lebih banyak daripada sebelumnya karena perusahaan mampu melacak taksi yang posisinya terdekat dengan lokasi pemesan.



Di Indonesia, teknologi GPS sebenarnya telah cukup lama diaplikasikan dalam sistem navigasi pesawat terbang. Dengan pengamatan GPS, maka informasi posisi 3D, kecepatan dan percepatan pesawat terbang dapat ditentukan secara teliti. Di samping itu GPS juga dapat digunakan sebagai sistem navigasi pesawat terbang pada saat survey dengan metode real time DGPS (Differential Global Positioning System). Penggunaan GPS ini juga diterapkan dalam kegiatan militer, berkaitan dengan pemantauan seluruh wilayah kekuasaan NKRI untuk menjaga pertahanan dan keamanan negara.



6. AWAMNYA MASYARAKAT INDONESIA TERHADAP GPS

Teknologi GPS sebenarnya bukan merupakan teknologi yang baru lagi di Indonesia. Hal ini terbukti dengan telah dianutnya teknologi ini pada akhir tahun 1990-an seperti yang telah diuraikan di atas. Sayangnya terdapat beberapa kendala utama yang menyebabkan teknologi ini kurang meng-Indonesia seperti teknologi-teknologi komunikasi informasi lainnya.

Adapun, menurut kelompok kami, terdapat beberapa faktor penyebab awamnya masyarakat Indonesia terhadap GPS, yaitu:

1. Adanya perbedaan budaya antara pencipta dan pengguna.

AS sebagai pencipta teknologi GPS tentunya memiliki budaya yang jauh berbeda dengan Indonesia dalam hal mencari tahu posisi dan keberadaan dirinya di muka bumi. Budaya orang AS adalah dengan selalu mengandalkan peta manual kemana pun mereka pergi. Dengan begitu, mereka tidak perlu takut tersesat dan kehabisan waktu di jalan. Sedangkan budaya orang Indonesia sangat bertolak belakang. Kita lebih senang menyempatkan diri sekian menit untuk berhenti di tengah jalan dan bertanya pada orang alamat tertentu atau lokasi tertentu. Perbedaan budaya antara budaya pencipta dan budaya pengguna inilah yang masih sulit untuk dijembatani dalam rangka memasyarakatkan GPS di Indonesia.

2. Kebutuhan akan teknologi penunjuk arah masih dirasakan tidak perlu dikalangan masyarakat.

Hal ini disebabkan oleh perbedaan budaya seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. GPS tidak seperti handphone yang sudah merupakan kebutuhan utama hampir setiap orang. Dengan demikian, tidak heran jika pengetahuan akan teknologi ini pun masih sangat minim di masyarakat kita.

3. Pengaplikasian GPS masih terbatas pada teknologi yang hanya digunakan oleh kalangan-kalangan tertentu.

Misalnya, penggunaan GPS sekarang masih sangat terbatas pada kendaraan beroda empat. Penggunaan GPS pada kendaraan beroda dua masih sangat jarang ditemukan. Selain itu, aplikasi GPS yang terdapat dalam beberapa produk telepon genggam terkadang hanya merupakan vitur tambahan bagi pemakainya tanpa tahu atau mengerti bagaimana cara menggunakannya. Atau walaupun mereka mengerti, vitur GPS hanya akan berakhir di menu handphone tanpa pernah digunakan.

4. Perangkat teknologi GPS masih merupakan barang mahal.

Berbeda halnya dengan aplikasi GPS yang sudah ditanamkan di dalam handphone, perangkat GPS potabel dijual dengan harga yang masih relatif mahal. Harga yang beredar di pasaran saat ini untuk GPS potabel ukuran 7 inci bernilai Rp. 5,5 juta, sedangkan untuk ukuran 3,5 inci bernilai Rp. 2,75 juta. Selain itu, perangkat portabel dengan harga demikian belum termasuk SD card untuk peta digitalnya. Hubungan antara GPS dengan SD card ini sama dengan handphone dengan simcardnya. GPS tanpa peta digitalnya hanya akan menunjukkan titik merah diantara berbagai garis tanpa keterangan apa pun yang akan sangat membingungkan penggunanya. Oleh karena itu, SD card yang berisi peta digital ini sangat dibutuhkan. Dengan adanya peta digital yang sudah dipasangkan didalamnya, maka GPS akan mampu memberikan keterangan mengenai nama jalan, letak, jarak yang harus ditempuh, bahkan posisi beberapa tempat seperti posisi SPBU, restoran, pertokoan, dan sebagainya.


IMPLEMENTASI GPS DI BIDANG KOMUNIKASI

Penggunaan GPS tampak membawa perubahan secara tidak langsung bagi masyarakat penggunanya di Indonesia. Hal paling mendasar yang berubah adalah budaya penggunanya. Budaya orang Indonesia yang terbiasa bertanya (lisan) arah dan lokasi sebuah tempat tujuan kepada orang yang ditemui di jalan, berubah menjadi budaya membaca (tulisan) peta sejak berkembangnya penggunaan GPS.

Selain itu, teknologi ini pun membawa dampak tertentu dalam konteks komunikasi pemasaran. Pemetaan GPS yang mampu menampilkan lokasi-lokasi fasilitas umum, restoran, hotel, café, dan sebagainya, sangat membantu penyedia fasilitas untuk mempromosikan lokasinya. Dengan kata lain, cara ini merupakan bentuk dari efektivitas penjualan langsung. Bukan hanya fasilitas umum, GPS pun dapat digunakan untuk mempromosikan tempat tujuan wisata di suatu daerah.

Melihat kemampuan GPS yang sangat membantu masyarakat memetakan posisinya maupun posisi tempat tujuannya, pemerintah seharusnya mampu menyediakan fasilitas GPS yang dapat diakses publik terutama di kota-kota besar. Dengan demikian, GPS dapat menjadi konsumsi publik yang tidak hanya terbatas pada kalangan tertentu.

Sebagai salah satu bentuk teknologi yang termasuk baru di kalangan masyarakat Indonesia, GPS sebenarnya mampu membantu proses pembangunan di Indonesia dengan kegunaan-kegunaannya yang telah disebutkan di atas. Oleh karena itu, perlu adanya terobosan baru dari pemerintah dengan memanfaatkan teknologi ini semaksimal mungkin.


Penerapan teknologi GPS telah membawa perubahan mendasar dalam sistem komunikasi informasi manusia. Ini terbukti dengan diaplikasikannya teknologi tersebut ke dalam berbagai bidang kehidupan manusia. GPS pertama kali dikembangkan oleh Departemen Pertahanan AS. Setelah itu, berbagai perkembangan yang dilakukan mulai mengantarkan GPS menjadi salah satu teknologi yang dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat umum.

GPS yang mengandalkan 24 satelit yang mengorbit bumi ini mampu mengirimkan data berupa posisi dan waktu yang akurat kepada penerima GPS di bumi. Tingkat keakuratan GPS sangat dapat diandalkan untuk menemukan lokasi suatu wilayah, melacak kendaraan, pemantauan gempa, kepentingan militer, navigasi pesawat terbang, maupun kegiatan penangkapan ikan di perairan luas atau laut.

Pengaplikasian GPS di Indonesia telah dimulai sejak tahun 2001, dimana salah satu perusahaan jasa transportasi menggunakannya untuk melacak lokasi taksi yang terdekat dengan lokasi pelanggan yang memberikan order. Setelah itu, GPS mulai dikembangkan untuk digunakan secara umum, baik pada kendaraan beroda empat maupun dua.

Walaupun begitu, masyarakat kita masih terbilang awam dengan teknologi ini dikarenakan adanya kesenjangan digital dan kesenjangan informasi di bidang teknologi komunikasi informasi. Selain itu, GPS masih merupakan barang mahal bagi masyarakat Indonesia. Faktor-faktor tersebut merupakan faktor utama rendahnya pengetahuan dan penggunaan GPS di kalangan masyarakat umum kita.

Adapun implementasi GPS di bidang komunikasi antara lain, Pertama, GPS secara tidak langsung mengubah budaya lisan menjadi budaya tulisan. Kebiasaan masyarakat Indonesia menanyakan arah dan lokasi tempat tujuan kepada orang yang ditemui di jalan berubah menjadi kebiasaan membaca peta jika orang tersebut mampu menggunakan GPS. Kedua, GPS dapat menampilkan nama lokasi sehingga dapat dimanfaatkan untuk mempromosikan lokasi suatu fasilitas publik seperti hotel dan restoran dan karenanya meningkatkan efektivitas penjualan langsung. Pengelola tempat tujuan pariwisata juga dapat diuntungkan karena kegunaan GPS di atas. Banyaknya manfaat yang diperoleh dari GPS seharusnya dapat membangkitkan kesadaran pemerintah untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik dengan cara menyediakan fasilitas GPS yang dapat diakses publik di tempat-tempat umum, terutama di kota-kota besar.


0 komentar:

Posting Komentar